"Lanjut ELISA EVIN dan MAYRA PURPLE!" Teriak Profesor lagi.
Ketika itu Hegemony kembali ke kursi penonton juga Ian. Sementara Elisa cukup tegang, lawannya adalah Mayra. Sementara Mayra adalah ketua asramanya dulu...
"Pertemuan tak terduga, kan? Elisa Evin." Kata Mayra.
"Nada bicaramu yang dingin masih saja tak berubah." Elisa menumbuhkan tanaman rambat dengan cepat, bahkan tanaman itu lebih besar dan lebih panjang dari ukuran normalnya. Gerakan tangan Elisa mengendalikan tanaman rambat raksasa itu.
"Apa? Kau tahu aku suka tanaman ini, kan? Dan kau menggunakannya sebagai senjata. Kau, MENGHINA TANAMANKU!" Mayra dengan gesit meraih tanaman raksasa itu, terseret. Begitu juga dengan Elisa.
'A-apa?' Kata Elisa dalam hati. Ia yakin Mayra tidak akan merusak senjata tanaman rambatnya, tapi ia yakin Mayra akan segera melukainya. Ini gawat, wajahnya lebih mengerikan dibanding Mayra yang dulu sering memukulnya...
Elisa tak punya pilihan lain lagi, ia mengacungkan tangannya, membuat kaca kristal yang memantulkan bayangan sebaik cermin.
"Bukankah sihir itu... Kebanyakan keluarga Weaselly yang melakukannya." Kata Hegemony.
"Usahamu itu sia-sia Elisa..." Mayra menghipnotis teman lawannya itu dan membuat Elisa berpikir yang tidak jelas, "... Untuk apa kau membuat cermin kristal di atap?"
"Berhenti!" Mrs. Sally mulai mengumumkan.
Mayra menurunkan Elisa yang masih dibawah pengaruh hipnotisnya dan mengembalikan tanaman rambat raksasa itu ke bentuk semula.
"Pemenangnya adalah—"
"Ini belum usai!" Suara Elisa menyela, seisi ruangan itu seolah menatap tak percaya padanya, bahkan Annoy si hantu.
Dua mata biru rembulan itu bersinar. Dan siapa yang mengira kalau rambutnya bisa berubah menjadi putih?
"E-Elisa..." Gagap Mayra. Ia lebih takut dibanding lainnya yang hanya menonton di kursi penonton. Selama ini ia tak pernah melihat Elisa 'semengerikan' ini...
Suara gemericik kecil terdengar menyelimuti lantai. Awalnya hanya bagian sekitar Elisa yang membeku namun kemudian meluas hingga ke dinding, kemana-mana. Dan es itu berakhir di sekeliling Mayra. Ia terkepung duri-duri es yang tajam disetiap ujungnya. Satu duri es yang lebih tajam dari yang lain menghadap tepat di wajahnya.
"Mom..." Gumamnya, ia benar-benar tak tahu harus bagaimana. Terkepung dengan duri es yang siap menusuknya kapanpun...
"Barhenti! Aku bilang BERHENTI!" Suara Mrs. Sally yang besar menyelamatkan hidup Mayra. Ya, ia sempat berpikir akan mati saat ini.
Duri-duri es disekelilingnya mulai surut, namun ruangan itu... Membeku dan sangat dingin.
"Aku umumkan untuk ini, tak ada pemenangnya! Namun untuk asrama Jugglery... Pengurangan poin!"
Elisa sama sekali tidak menyukai kalimat Mrs. Sally barusan, "Apa? Apa aku melakukan kesalahan? Apa hanya karena aku membekukan ruangan ini?" Tanyanya dengan nada tak percaya.
"Ya, itu salah satunya. Sihirmu itu... Aku akan membicarakannya dengan Profesor Knowles. Sst! Jangan menyela, ingat pengurangan poinmu. Poin asrama Jugglery tersisa 18." Mrs. Sally berbalik ia tak peduli dengan Elisa lagi, ia lebih peduli pada Mayra yang lemas setelah keluar dari duri-duri es.
"Apa? Tapi Mrs. Sally... Sebanyak itu? Tapi..." Elisa kemudian kehilangan kesadarannya dan rambutnya perlahan kembali cokelat.
Mrs. Sally tak habis pikir, dua anak sekaligus masuk ke ruang kesehatan. Tidak. Pernyataan itu salah, setelah ia memeriksanya Elisa hanya perlu tidur dikamarnya. Namun pandangannya seolah diberatkan lagi. Lagi-lagi Grabiolla mimisan tapi kali ini lebih parah dari sebelumnya. Ia selalu ke ruang kesehatan sendiri tapi kali ini ia meminta bantuan temannya.
"Apa ujiannya akan dilanjutkan?" Tanya Hegemony.
"Tidak, kurasa begitu. Tapi poin kita..." Mendadak James frustasi. Selama ini mereka bersusah payah mendapatkan poin terbaik, sepanjang sejarah asrama Jugglery, mereka tak pernah kalah poin dengan asrama lain. Sia-sia saja mereka membantu mengerjakan paket-paket tugas dari berbagai guru!
Tbc.
Note:
Author COMEBACK yeay :>
Akhirnya Author merdeka dari jajahan soal-soal UTS yang memang sangat memusingkan kepala :')Maaf kalo typo-nya banyak sangat 🙏
Kalau ada yang kurang jelas bisa tanyakan :)
Vote dan comment-nya kawan^^
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ice Moon : Year 1717
FantasyDia Elisa Evin juga Miranda Parkinson. Latar belakang tak lagi penting baginya. Di sebuah tempat yang ia impikan saat malam, terjadi benar padanya. Yaitu sebuah negeri yang indah dan penuh khayalan bagi yang tak pernah melihatnya. Namun dibalik semu...