Hegemony menatap bola kaca di depannya. Ia berusaha fokus, sesaat kemudian kabut keperakan berputar-putar di dalam bola itu. Semakin lekat, kemudian sosok bayangan berdiri di sana."Mom, apa kau di sana?"
Ibu Hegemony tersenyum, "Ya. Wah, Hegemony kau sudah bisa menguasai buku Ilmu Sihir 6?! I-itu... Luar biasa! Itu bab pertama kan? Aku minta kau jangan bernapas di atas bola itu, atau..."
"Gambarnya akan menghilang. Putrimu ini sudah tahu Mrs. Cyrus." Hegemony melihat wajah ibunya menjadi sedikit canggung, tapi kemudian ia melihat wajahnya berubah menjadi tegang.
"Bukankah seharusnya kau sekolah hari ini?"
"Oh, pukul sembilan Mom, ini baru pukul delapan pagi. Lagipula profesor-profesor itu akan mengadakan rapat yang mencurigakan lagi sejak kasus peledak itu."
"Apa temanmu itu benar-benar dikeluarkan? Sungguh? Menyayangkan sekali, padahal putriku sudah menganggapnya seperti saudari. Oh, astaga... Betapa hinanya ini."
Hegemony ingin merusak wajah ibunya di bola itu. Detik itu juga!
"Lebih baik aku tidak menghubungimu pagi ini! Daripada mendengarkan keluhan yang terdengar mengejek dan memanaskan telinga!" Katanya dan mengucapkan "red-alon" dengan keras. Bola kaca itu bening kembali.
Elisa menyambar buku Rod-nya, mencari akar-pohon-berpilin di sekitar lemarinya.
"Tidak ada... Tidak ada... Tidak ada... Tidak ada! SAUS TARTAR! Sebenarnya di mana dia meletakkan akar sialan itu-"
Elisa menghentikan kepanikannya itu. Melihat surat yang terselip diantara halaman buku. Tidak seperti biasa, kenapa tidak ada Petugas Merpati yang mengirimnya?
Aku akan segera bergabung. Tetap pertahankan posisimu. Ada seseorang yang mencoba berbaik hati denganku, dia memberiku tempat tinggal di Privet Squall walaupun seatap dengannya. Berbahagialah, Mrs. Owly.
"Dia masih menyebutku burung hantu? Sebuah keajaiban dia bisa bergabung."
"Kau masih mencari akar-pohon-berpilin? Bukankah kau sendiri yang menyimpannya sebelum mengejutkanku malam itu (malam pindahanmu kemari)?" Kata Hegemony.
Elisa meremas suratnya, Hegemony tidak boleh tahu surat itu... "A-aku me-mang tidak tahu pastinya... Maksudku, aku lupa meletakkannya di mana, begitulah." Ia berusaha tersenyum lebar untuk meyakinkan Hegemony.
"Akhir-akhir ini sikapmu jadi aneh Elisa, apa kau baik-baik saja?"
"Apa? Aku baik-baik saja."
Hegemony meraih buku Rod-nya beralih untuk segera ke kelas, "Ah, lupakan ini Hegemony, kau terlalu sering memikirkan temanmu. Paket soal masih beberapa lusin lagi. Ada baiknya jika kau pergi ke museum dulu walaupun harus melewati penjaga sialan itu." Dan akhirnya ia menutup pintu keluar asrama.
❄~🍁~❄
"Hei, Elisa. Boleh aku bertanya lagi?" James sedikit mengecilkan suaranya dan menghilangkan wajahnya dari pandangan orang-orang.
"Apa lagi sih sebenarnya yang ingin kau tanyakan? Buang-buang waktu saja!"
"Hanya sebentar, ini kesempatan yang lumayan bagus karena Andersen dan Hegemony belum masuk ke kelas, jadi mereka tak akan mendengarnya. Oh, baiklah. Diantara merah muda dan kuning, apa yang kau pilih."
"Sungguh membuang waktuku. Tidak ada yang aku pilih."
"Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ice Moon : Year 1717
FantasyDia Elisa Evin juga Miranda Parkinson. Latar belakang tak lagi penting baginya. Di sebuah tempat yang ia impikan saat malam, terjadi benar padanya. Yaitu sebuah negeri yang indah dan penuh khayalan bagi yang tak pernah melihatnya. Namun dibalik semu...