Badai petir menyambar di Minnesota yang ditemani bulan purnama biru di langit yang meneteskan beribu bunga es.
Musim dingin di bulan Juli.
~🍁~
Elisa menatap langit yang cerah. Bulan purnama biru itu indah sekali, seakan tersenyum lebar dengannya. Elisa juga tersenyum tipis, tapi itu tidak bertahan lama. Tidak, tidak seakan tersenyum, tapi bulan itu benar-benar tersenyum lebar menunjukkan barisan gigi tajamnya. Tiba-tiba saja dua mata tajam terbuka di bulan itu. Sedetik kemudian, benda itu jatuh dengan kibaran ekor dibelakangnya. Itu seperti bola dunia ukuran besar. Bola itu jatuh di hadapan Elisa, ekor bulu lembutnya lemas.
Beberapa saat kemudian tidak terjadi apapun, kemudian ekor itu bergerak meliuk-liuk. Tiba-tiba dua pasang kaki muncul dengan bulu yang sama. Kemudian benda itu berbalik menghadap Elisa.
Mata Elisa melebar. Ia menjerit tapi kemudian ia menutup mulutnya. Seekor kucing bermata biru rembulan dengan bulu abu-abu belang tebal. Kucing itu tersenyum lebar, hingga ujung-ujung bibirnya nyaris satu garis dengan matanya. Inilah yang lebih mengerikan, kucing itu bicara, "Halo. Selamat malam."
Elisa tak bisa berkata-kata saat itu. Terlalu terkejut dengan apa yang dilihat didepannya.
"Kenapa kau tidak menjawabku?" Kata kucing itu.
Elisa seolah baru terbangun dari mimpi, "Oh, ya -tentu- maksudku, selamat malam juga."
Kucing itu masih tersenyum setelah mendengarnya tapi ia mengatupkan bibirnya, menutupi barisan giginya yang tajam dan menampakkan bahwa ia tersenyum tipis.
~🍁~
Kucing bermata biru itu mengajak Elisa di sebuah toko roti tua yang tiba-tiba saja sudah berada di San Fransisco. Ada tiga orang di toko roti itu. Pria yang berpakaian serba hitam, wanita berjubah hijau gelap, dan wanita cantik berambut merah.
"Terimakasih Profesor Cattiest." Kata wanita berambut merah.
Kucing itu mengangguk atas kehormatan baginya.
"Prof-Profesor?" Tanya Elisa.
"Dia hadiah dariku. Selamat ulang tahun. Itu binatang peliharaan untukmu. Kau boleh mengganti namanya kalau kau tak suka." Kata wanita berambut merah.
"Musim dingin ini hadiah dariku." Kata pria yang berpakaian serba hitam.
"Dan hadiah dariku..." Wanita berjubah hijau itu menggerakkan jari telunjuknya.
Elisa terkejut karena sepintas terasa dingin di bagian belakang lehernya. Ia menyadari ternyata bekas lukanya telah hilang. "Te-terimakasih." Katanya ragu-ragu. "Tapi...Siapa kalian?"
Pria yang berpakaian serba hitam yang pertama kali bicara, "Aku George." Ia membuka topi hitamnya menampakkan wajahnya, "Aku laba-labamu."
Wanita berjubah hijau juga melepas tudung kepalanya. "Aku Mrs. Sally. Ahli tanaman obat dan ramuan."
"Aku Katarzyna. Seperti yang kau lihat, aku burung merpati." Kata wanita berambut merah.
Tbc.
Note: maaf banyak typonya.Vote dan comment jangan lupa. Btw yang di mulmed itu kucingnya Elisa.
( ^∇^)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ice Moon : Year 1717
ФэнтезиDia Elisa Evin juga Miranda Parkinson. Latar belakang tak lagi penting baginya. Di sebuah tempat yang ia impikan saat malam, terjadi benar padanya. Yaitu sebuah negeri yang indah dan penuh khayalan bagi yang tak pernah melihatnya. Namun dibalik semu...