Malam

72 9 0
                                    

Malam ini
Aku butuh sendiri. Aku butuh udara segar untuk sedikit melepaskan keraguan ku.
Aku butuh pohon mendayu untuk menghibur ku. Mengajak menari dan mengangkat tubuh ku ke atas. Walau tak sampai ke langit tujuh.

Aku butuh bintang. Untuk berhitung sejauh mana aku berhasil melupakan mu. Untuk menarik garis lurus hingga membentuk sebuah gambar Bak diriku melukis masa depan ku sendiri.
Aku butuh bulan. Yang cahaya nya tiada dua di langit malam. Matahari pergi digantikan bulan. Yah, bulan kau hanya pengganti. Sama seperti ku. Lebih tepat, menjadi pelarian nya.

Aku lebih butuh langit malam dari pada dirimu, Tuan.
Langit malam mampu membawaku pada  masa yang bahagia. Kau, hanya membuat ku tersungkur kembali ke masa lalu.
Aku lebih butuh langit malam dari pada dirimu, Tuan.
Langit malam mampu memberikan kehangatan nya meskipun saat gelap malam. Kau, hanya menebar luka pada setiap tubuh manusia yang menjadi korban dari cinta palsu mu itu.

Entahlah, benar cinta atau palsu.
Aku tak punya mesin untuk mendeteksi hati mu. Namun, aku punya hati. Sebab, cinta yang benar-benar tulus akan sampai dari Hati ke--Hati.

Aku tak punya mesin waktu.
Karena itulah aku, tak mampu mengulur waktu. Mengubah semua nya hingga tak akan pernah terjadi hari ini.
Mengubah jalan cerita kita, atau bahkan tidak pernah menerima mu ada dalam hidupku. Tapi, itu. Sangat kejam.

Malam ini, sambil ku lihat dan ku pikirkan apa yang membuat ku pernah jatuh hati padamu.
Mungkin rupa mu? Kata-kata manis mu? Sikap mu? Sayang, itu tak abadi.
Andai saja kelebihan mu tak kau indahkan , maka aku akan lebih mencintai kurang mu. Dan kamu paham apa itu Cinta.

Sebentar. Aku pejamkan mata dulu.
Tunggu. Jangan ganggu aku dulu.
Aku sedang berbicara dengan hati ku.

Kata hati "Bisahkah kita berteman saja? Tanpa mendendam?"
Kata pikiran "Tidak. Jika itu menambah sakit hati ku?"

Mana yang harus aku utamakan .
Hati atau pikiran ?
Dua buah alasan yang bertolak belakang.
Antara tetap berjuang atau pergi meninggalkan luka. Sangat tidak sopan. Meninggalkan itu menyakitkan. Lalu aku yang di tinggalkan?.
Berjuang itu lelah. Melelahkan. Menimbulkan keresahan pada setiap sudut yang membicarakan nya.

Keraguan ku itu yang membuat ku kembali terikat pada nya.
Hati dan pikiran tak cukup untuk membantu ku.

Ada kau tuan. Ada Tuan.
Dan, ada Tuhan.

Mendekatkan diri pada Tuhan.
Mendekatkan diri pada Tuan. Aku tak peduli siapakah Tuan itu nanti. Yang terbaik dan yang penting, dia adalah pilihan Tuhan.

Malam ini sudah cukup.
Mungkin akan menjadi malam terakhir ku memikirkan mu. Dan merupakan malam awal, untuk sebuah kisah yang baru.

Cukup. Sudah cukup.
Aku ingin bahagia.
Tuhan, bantu lah aku.

Hari Bahagia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang