07

37 5 0
                                    

Pagi hari ini matahari sedikit menampakkan diri. Samar-samar namun, tetap bersinar. Sama seperti Haidar dalam pikiran Alika. Haidar mulai tidak menampakkan dirinya , tapi Alika tak kehilangan sinarnya.
Alika paham betul, pertemuan pasti ada sebab nya. Setelah sekian kali mereka bertemu, kemudian tidak bertemu lagi-- menimbulkan sesak tersendiri bagi Alika.

Alika sangat merasa kecewa. Andai saja semuanya terulang, dan dirinya mau untuk berusaha lebih mencari tau siapa lelaki itu.. pasti tidak akan terjadi penyesalan seperti ini.

Haidar juga merasakan hal yang sama. Kehampaan saat mereka tidak bertemu. Beberapa kali semesta mendukung mereka dengan pertemuan. Sayang, kali ini semesta tidak berpihak.

---

Malam..

"Abang..." Ucap Alika mengawali pembelajaran nya dengan secangkir teh.

"Iya?" Balas Abang sambil membaca koran.

"Abang tabungan udah berapa?"

"Alhamdulillah udah sejuta lebih, kamu butuh biaya sekolah?"

"Enggak Bang. Adek tanya doang..
Yaudah Alika masuk kamar ya Bang"

Abang Doni merasa ada yang aneh dengan Alika. Tak seperti biasanya Alika bersikap begitu.

Alika beranjak ke kasur lalu tidur. Berusaha menidurkan mata, dan menenangkan hati. Namun, Haidar adalah alasan dia tak bisa tertidur.

"Apakah aku boleh jatuh cinta?" -Alika memandang atap bewarna putih yang sudah mulai keropos.

Alika berusaha meyakinkan bahwa ini bukan jatuh hati.
"Aku hanya kagum. Sekadar itu."
Lanjut batin hati nya.

Alika memejamkan matanya. Mengingat saat-saat dia bertemu dengan Haidar. Mendengar kisah tentang Haidar. Dan mencari tau tentang Haidar.

"Aku sudah paham sekarang. Bahwa aku tak bisa menemuimu di dunia nyata, aku bisa menggenggam mu lewat doa. Dan mimpi."
Selanjut nya terpejam lah mata Alika.

---

Seperti biasa. Pagi ini Alika diantar oleh Abang.

Di awal gerbang Alika berharap bertemu dengan Haidar. Namun hasilnya tak sesuai dengan harapan Alika. Sampai ujung kelas nya pun Alika tak menemukan Haidar.

Alika menghenduskan napas. Hal ini sedikit merenggut ceria Alika.

Alika duduk di kursi. Di samping nya ada Aisyah.

"Kamu kenapa Lika?"

"Tidak apa-apa"

"Wajah kamu cemberuutt gitu"

Alika tak menjawab pertanyaan Aisyah. Ia pergi begitu saja, meninggalkan Aisyah ke kamar mandi. Alika mencuci mukanya, siapa tau dengan mencuci muka mengembalikan semangat nya yang luntur.

Jam pelajaran di awalai dengan pembelajar Bahasa Inggris. Lalu di lanjutkan dengan pembelajaran Materi PJOK.
Jam pelajaran PJOK kosong. Itu membuat kelas ricuh. Ada yang bernyanyi , menabuh meja ada yang selfie-selfi, gosip dan ngejahilin. Alika memilih tetap duduk sendiri dan diam.
Hari ini Alika lebih banyak melamun. Hal seperti ini membuat Alika mengantuk. Alika tertidur di dalam kelas.

Jam pelajaran PJOK berlalu sudah sangat lama. Saat ini diganti dengan pelajaran Matematika dan Alika masih saja tertidur.

"Alika bangun kamuu!!" Seru Bu intan yang super duper galak.

"Astagfirullah haladzim...aku ketidurraan"

Alika mendapat kan hukuman tidak mengikuti pembelajaran Matematika untuk satu hari ini. Alika kecewa pada dirinya, hanya karena masalah tidak bertemu dengan Haidar lagi membuat nya celaka. Alika bingung kemana lagi dia harus menghabiskan waktu senggang nya. Dari kelas atas, Alika melihat Haidar berjalan menuju Masjid. Alika segera turun dari tangga dengan buru-buru.
Ada seorang laki-laki yang seperti nya akan menuju ruang kelas atas.

'Bruugggg!!'

"Ehh maaf maaf yaa.." kata laki-laki itu.

Alika terkejut melihat laki-laki yang menabrak nya tadi. Bagaimana tidak terkejut? Yang dia temui adalah Adi.
Adi adalah masa lalu Alika.

"Alika? Kamu disiniii?"

Alika pergi dengan kesal. Tanpa membalas salam sapa dari Adi. Mengapa dia hadir di depan Alika lagi. Hanya mengembalikan luka saja bagi Alika.

"Alikaaa dengerin aku duluuu..!" Seru Adi sambil mengejar Alika yang tetap berjalan tanpa jeda.

Alika menginjak tali sepatu nya yang lepas, Alika hampir terjatuh namun Adi mampu mencegah nya terjadi.

"Jangan pegang-pegang !!"

"Aku minta maaf pernah salah ke kamu. Pliss, aku mohon." Ucap Adi dengan sangat memohon.

"Cerita kita udah selesai. Lagi pula kenapa kamu hadir lagi? Kamu kurang puas nyakitin hati aku?"

"Aku pindah kesini bukan karena apa-apa. Aku pindah ke sini terpaksa karena Papa. Papa dan Mama aku cerai." Jelas Adi.

"Itu urusan kamuu." Balas Alika dengan cuek.

"Aku harap, kita bisa berteman baik lagi." Harap Adi yang mungkin menumbuhkan luka kembali bagi Alika.

Alika pergi dari tempat itu.
Kenapa Adi hadir saat Alika sudah berhasil melupakan nya? Dia meminta Alika kembali hadir di hidupnya. Apa pantas sebuah perasaan di permainkan. Dia kembali seolah tak pernah terjadi apa pun.

"Kenapa dia tidak pergi sajaaa.!!" -Alika sambil menendang batu yang berada tak jauh di depannya.

Hal ini menambah berat pada hati Alika. Menambah pikiran dan suasana hatinya tak karuan. Dia kagum pada Haidar , tapi dia kembali ingat pada masa lalu nya.
Mana dulu yang harus Alika lupakan?
Dan, siapa yang harus Alika perjuangkan?

Adi atau Haidar?

Alika duduk di depan ruang Multi Media. Yang tempatnya berhadapan dengan Masjid sekolah. Alika kaget melihat Adi yang jalan menuju arah masjid sekolah. Alika sedikit bersembilan agar tidak bertemu dengan Adi lagi. Dan keterkejutan itu bertambah saat Alika melihat Adi dan Haidar berjabat tangan. Seolah mereka sudah saling kenal. Padahal Alika baru melihat Adi hari ini.

"Alikaaa!!! Siniii!!" Aisyah dan Desi memanggil Alika dari belakang.

"Ayo ke kelas! Mumpung guru selanjutnya belum datang, nanti alasan aku sama Desi ke kamar mandi terus kamu ke kopsis oke?" Ucap Aisyah yang sangat ingin membantu Alika.

"Mhh, gak usah deh Ais. Mending aku jujur, gak baik hasil nya kalau bohong."

"Yaudah serah kamu, pokok kamu sekarang cepet masuk Ok!" Kata Desi sebagai pelengkap.

Mereka bertiga pun pergi menuju kelas. Dan meninggalkan sebuah misteri.


Hari Bahagia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang