26

37 4 0
                                    

"Ini dia desa nya.." Ucap Adi

Alika terkagum dengan pemandangan Desa. Sawah terhampar hijau dengan pohon kelapa disampingnya. Memanjakan matanya. Melihat sungai kecil yang mengalir di aliran sawah.
Menambah kemahsyuran dari pelosok-pelosok desa.

Adi dan Alika masuk ke dalam rumah Kepada Desa untuk meminta izin atas kegiatan nya disana. Pak Kades mengizinkan mereka untuk melakukan kegiatannya.
Alika sempat berbincang dengan Putri Pak Kades. Yang bernama Munah.
Itu artinya Alika telah mengenal Munah. Munah juga seorang yang sangat bersahabat.

"Iyaa bro. Guee uda disini. " Terlihat Adi yang menerima telpon--berbicara sambil berbisik-bisik.

"Adii! Kita lakukan sekarang yuk? Mulai dari rumah bagian mana? Atau kita minta tolong pak Kades untuk mengumpulkan seluruh penduduk disini?"

"Eehhh-iiyaa ide baguss tuh." Ucap Adi sambil mematikan telpon nya.

"Anak-anak mengaji nya kita lanjutkan besok yaa.."

"Iyaaa ustadz..."

Haidar baru saja selesai mengajarkan ngaji kepada anak-anak di Desa. Ia senang melihat semangat anak-anak disini untuk mengaji. Haidar juga berkesan melihat anak-anak kecil itu bermain setelah mengaji.

Haidar pergi melewati depan rumah Munah. Ia melihat beberapa orang di depan rumah Munah. Hal itu membuat Haidar tertarik untuk mendatangi rumah tersebut.

"Iya nih, lagi ada pemeriksaan .. kamu mau ikut periksa?" Ucap teman sebaya Haidar.

"Ohh iii-iiya.."
"Katanya Adi di sini, apa mungkin ya Adi ada di dalam sanaa?" Haidar bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Haidar masuk ke dalam rumah Munah. Disana terlihat orang tinggal sedikit. Mungkin pemeriksaan sudah berlangsung dari tadi.

"Nak Haidar ayo sini masuk.." Ucap Ibu Munah. Disana terlihat Abah,Munah dan Ibu Munah yang duduk. Lalu Ibu Munah berdiri dan menyuruh Alika dan Adi keluar untuk memperkenalkan calon mantu bagi Munah.

"Jadi Munah sudah akan menikah ya buk?"

"Iyaa.. "

"Oh selamat yaa Bukk" Ucap Alika sambil berbicara dengan Ibu Munah.

"Mas Haidar?" Batin Alika dalam hatinya.
Alika terkejut melihat rupa Haidar. Bukannya Haidar telah meninggal kan nya?
Adi yang ada di belakang juga terkejut. Bukan karena mengira hal yang sama dengan Alika, tapi terkejut kenapa dia akan menjadi mantu Ibu ini. Bukannya dia hanya cinta pada Alika?

"Namanya Nak Haidar..." Kata Ibu Munah.

"Mas Haidar? Mas..? Masih hidup?" Ucap Alika dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kalian sudah saling kenal?" Tanya Munah.

Alika seperti orang sedang kesurupan melamun setengah sadar.

"Iya. Dia adalah cinta sejati." Ucap Alika yang tidak bisa mengontrol kebahagiaan nya.

"Enggak dia itu calon suami aku!!" Ujar Munah.
Alika tersadar--terkejut mendengar perkataan itu. Mendengar teriakan dari dalam rumah Pak Kades membuat warga kebingungan. Mereka pun berbondong-bondong datang untuk melihat kejadian apa yang terjadi di rumah Pak Kades.

"Tapii.. Mas Haidar dulu adalah orang yang akan melamar saya. Iya kan Mas?" Tanya Alika yang berusaha meyakinkan Munah bahwa itu benar.

"Tidak. Saya tidak mengenal kamu." Jawab Haidar dengan sangat-sangat terpaksa.
Hal ini membuat Alika benar-benar terbakar amarah dan api cemburu.
Ia mulai diam mendengar pengakuan Haidar yang sebenarnya tidak benar.

Alika lalu pergi meninggalkan rumah itu.

"Likaa, tunggu!! Alikaaa!!" Teriak Adi yang tetap mengejar Alika.

"Mau apa? "Tanya Alika.

"Sebenernya gue tau , Haidar dimana. Jadi ini alasan gue ngajakin Lo kesini. Buat ketemu Haidar, karena gue yakin Lo gak bakal bisa ngelupain Haidar. Apalagi setelah kabar itu."

Alika terdiam dan meneteskan air mata.

"Dengan cara ini Lo bisa bahagia.."

"Bahagia kata kamu? Bahagia mendengar pernyataan bahwa mas Haidar tidak pernah mengenal saya?"
"Itu bahagia?" Lanjut Alika yang masih menahan tangis nya.

"Kalau itu gue gak tau. Yang jelas Haidar juga pengen Lo balik. Ketemu Lo."

"Itu benar.." Kata Haidar yang tiba-tiba saja muncul di tengah-tengah merekaa.
Alika mendengar suara Haidar lalu membalikkan badannya.

"Saya melakukan itu, karena saya terpaksa."
"Saya harus meyakinkan dulu kepada mereka." Lanjut Haidar.
Alika tau , Haidar tidak pernah berbohong atas perasaan nya.

"Alika.. Saya cinta kamu karena Allah."

"Alika ayo pulang. Pemeriksaan sudah selesai. " Kata Adi.

"Dar, Lo ikut kita?"

"Gak usah, besok kamu jemput saya bisa?"

"Bisa banget. Tenang, gue bakal nenangin Alika oke."

"Makasih Adi.."

Alika mengangguk manut. Lalu pergi bersama Adi meninggal kan Haidar dengan separuh luka nya.

Di Mobil Adi berusaha untuk mencari cara agar Alika tidak salah menilai Haidar.

"Alika. Udah lah, Lo percaya aja sama Haidar."

"Iyaa.." ucap Alika dengan lesu.

"Sebenernya Lo mau apa? Lo harusnya bersyukur udah di pertemukan lagi dengan Haidar. Kalau Lo tetep marah, itu artinya Lo gak ngehargai usaha gue buat nyatuin Lo dan Haidar lagi."

"Jadi kamu tau?Kenapa gak kasih tau?"

"Gue mau jadiin ini surprise buat Lo. Karena Haidar mau Lo di kasih surprise. Bahkan rencananya tadi , kali aja si itu Munah gak nyolot.. Mungkin Haidar dah kasih surprise yang lebih."
"Gue gak habis pikir. Lo tau? Setiap hari gue berusaha nyariin Lo demi Haidar. Setiap Minggu bahkan berhari-hari dia telpon ke gue tanyain kabar Lo. Dan dia gak mau keberadaan nya di ketahui bahkan sama keluarganya sekali pun. Karena apa? Karena semua itu untuk surprise. Itu semua buat Lo."

Alika hanya diam menangis. Menatap jalanan yang sepi. Sesekali melihat sawah di bagian kanan dan kiri.

"Dan Lo tau? Cincin yang di beli Haidar buat ngelamar Lo, masih dia simpen. Haidar gak mau gantiin cincin itu. Kenapa? Karena cincin itu ada bersama hari bahagia Lo."

Lalu Alika membuka tas nya, mengambil buku catatan Haidar yang pernah ia berikan dulu.

"Hari bahagia.." Ucap Alika sambil tersenyum.

Ada harapan yang mungkin tidak akan mengecewakan. Ada harapan yang bila di duga malah menyakitkan. Semua adalah balasan apa yang kita perbuat. Adakalanya kita memang harus menengok ke belakang. Untuk bekal berdiri tegak di masa depan.
Tapi jika temu itu menyakitkan?
Padahal temu sebelumnya tidak pernah sesakit ini. Rasa sakit itu anugerah,sekaligus ujian. Seberapa kuat kau melangkah untuk tetap berada pada jalan-Nya.
Percayalah, skenario nya itu indah.

Hari Bahagia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang