06

38 8 0
                                    

"Yakin saja! Kamu pasti bisa Alika!" Kata Aisyah dan Desi sambil menyemangati Alika.

Kini sudah tiba saatnya.
Saat Alika akan mengikuti lomba puisi. Tentang kemerdekaan Indonesia.
Tema nya tidak begitu rumit.
Alika penasaran dengan juri nya. Kata teman-teman yang lain, juri nya satu guru dan dua yang lain adalah dari siswa.
Alika berharap lomba kali ini dia berhasil. Dia harus membayar kegagalan nya waktu itu.

"Para peserta di harap memasuki ruangan.."

Semua peserta masuk ke dalam ruangan. Dia melihat banyak wajah-wajah asing. Menurut Alika, dia tidak akan berhasil. Karena dilihat dari tatapan nya mereka sudah berpengalaman lebih.

Alika mendapat nomor 5. Namun , nomor ini tidak berpengaruh. Nantinya saat penampilan akan diacak.
Lomba di bagi beberapa tahap.
Tahap pertama menulis puisi ,akan di tentukan 10 orang terbaik. Tahap kedua pembacaan puisi akan di tentukan 6 terbaik. Dan tahap ketiga puisi berantai, akan di tentukan 3 terbaik.

Alika harus siap dengan segala keadaan.
Ketika tahap pertama di mulai, Alika kehabisan tinta. Alika berusaha untuk mencari pinjaman bolpoin. Untung saja ada seseorang yang mau membantu nya.

Setelah mantap menghias dan membaca puisi dari awal sampai atas, Alika mengumpulkan kertas yang bertuliskan puisi itu. Alika kemudian segera keluar ruangan untuk istirahat.
Setiap berjalan Alika selalu berdoa. Untuk menenangkan hatinya Alika memilih untuk berwudhu dan melaksanakan shalat. Setelah shalat Alika menemukan sepucuk kertas bertuliskan

"Kamu jangan bersedih. La Tahzan, Allah bersama mu^^"
-.

Disana tidak tertuliskan nama pengirim nya. Mungkin kah ini hanya orang yang meng-iseng-i Alika? Alika juga sempat berpikir bahwa yang melakukan ini adalah Kalisha. Tapi, tulisan Kalisha tidak sebagus ini.
Yang menulis laki-laki atau perempuan ya? Hmm..
Alika membawa kertas itu ke ruangan lomba. Karena pengumuman tahap kedua akan dilakukan.

Banyak orang berdesakan untuk melihat pengumuman. Alika menunggu sekerumunan itu mulai sedikit, sehingga dia tidak kesusahan melihat nya.
Alika tidak menyangka bahwa dia ada di urutan kedua. Dengan nilai seri dengan peringkat satu. Skor nya 360.

Alika masuk ke dalam ruangan dengan perasaan bahagia. Alika mengambil nomor untuk tampil membacakan puisi hasil karya nya. Alika mendapat nomor 9. Nomor ujung menuju akhir. Alika harap dengan nomor yang akhir ini tidak membuat nya gugup lagi.

Peserta nomor 1 pembawaannya kurang bagus menurut Alika.
Lalu peserta nomor 2. Peserta nomor 2 ini pembawaannya sangat bagus, puisi nya juga. Hal ini menambah gugup Alika.

Waktu terus berjalan, nomor pun ikut berganti.

"8.." kata pembawa acara.
Sayang, peserta nomor 8 tidak ada. Dan terpaksa kali ini Alika harus maju tampil. Karena Alika nomor urut selanjutnya.

Saat berada di atas panggung , Alika kaget melihat lelaki yang pernah di temui nya kemarin itu duduk di kursi paling kiri. Itu semakin membuat Alika gugup.
Lelaki itu tersenyum kecil pada Alika. Namun Alika masih dalam lamunan nya. Alika tidak membalas senyuman lelaki itu.

"Tidak..aku harus fokus. " Batin Alika dalam hati sambil menghela napas panjang.

Seketika pun suasana hening. Kalimat demi kalimat dia ucapkan dengan penuh penghayatan. Gerak tubuh seolan berbicara tentang perjuangan kemerdekaan. Antara mati atau merdeka. Lantunan intonasi yang cepat setiap katanya membawa kita pada masa perang itu. Seakan Alika bercerita--bahwa dirinya bagian dari peperangan sengit memperebutkan kemerdekaan.

Ujung telah di capai.
Kalimat penutup telah di ucapkan Alika.
Semua masih dalam keadaan hening, bahkan ada yang sampai mengaga melihat penampilan Alika. Alika bingung, setelah dia tampil seolah ia baru terbangun dari mimpi indah nya tadi malam.
Alika melihat ke arah lelaki itu lalu memalingkan wajahnya. Entah mengapa matanya selalu melihat ke arah--nya.

Hari Bahagia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang