[𝟏𝟑] : 𝐇𝐚𝐦𝐩𝐢𝐫

2.9K 425 84
                                    

Aku panik, begitu juga Ten. Dengan cepat aku berpura-pura berjalan pergi dari sana. Namun rencana tidak seindah realita. Lisa mencegat aku yang berusaha kabur.

"Ini udah keberapa kalinya gue ketemu kalian lagi barengan. Sebenarnya kalian ini udah saling kenal atau gak sih?" seru Lisa.

"Kami gak saling kenal kok!" aku dan Ten berkilah serentak.

Lisa memutar bola matanya. "Bohong! Gue selalu merhatiin kalian. Cara Ten natap Valerie itu beda! membuat gue berspekulasi kalian itu ada sesuatunya."

"Kami cuma sejalan aja Lis. Gue beneran gak kenal sama dia," tukasku.

Ten mengangguk. "Kita kenal pas gue ke rumah dia buat jemput kamu Lis."

Lisa tersenyum miring. "Kemarin itu aku sudah curiga. bagaimana bisa lo tau gue di rumah Valerie sementara-"

"Kan gue udah bilang, Valerie share location lewat line," potong Ten.

"Di chat gue sama lo gak ada tuh!" teriak Lisa. "Sekarang ngaku! Kalian pacaran kan!"

"Gak!" Aku dan Ten berkata serentak kembali.

"Itu aja serentak! Kata orang jodoh!" rengek Lisa. "Val Kamu tega banget sama gue."

"Jadi lo suka sama gue?" kata Ten bersandiwara.

Lisa tersentak. Dia terdiam. Jiwa raganya terguncang.

Mungkin jika aku menjadi dia, terciduk orang yang kita suka juga akan panik.

"Eng—itu enggak kok—" Lisa gugup.

"Terus kenapa lo bicara seolah-olah cemburu sama Valerie?" potong Ten.

Skakmat.

Wajah Lisa memerah. Kemudian dia kabur berlari menyembunyikan dirinya yang tengah malu.

Aku menoleh pada Ten. "Tumben bisa gerak cepat."

Ten berjalan melewatiku menuju mobilnya.

"Lucu," gumam Ten tersenyum miring yang masih dapat aku dengar.

Aku hanya bergedik dan masuk ke dalam mobil. Di kursi pengemudi Ten menjalankan mobilnya keluar dari pekarangan sekolah.

Seling beberapa menit kami hanya terbawa pada lamunan masing-masing. Berdiam-diaman sampai bego.

"Ten."

Ten menoleh sejenak lalu kembali menghadap depan.

"Apa?"

"Taeyong orangnya gimana sih?" tanyaku untuk membuka pembicaraan.

"Iya gitu. Jiwa kepemimpinannya patut diancungi jempol-- kaki."

"Eh kok gitu?"

Ten terkekeh. "Dia itu di depan cewek sangar di depan kami mainannya pinky-pinky."

"Masa gitu sih?"

"Enggak percayaan."

Ten tetap tersenyum walau pembicaraan kami sebelumnya telah selesai.

"Udah berapa lama main sama Lisa?"

Aku menoleh.

"Lumayan lama. Aku kenal dia sebelum Lisa pindah ke Seoul," jawabku.

Ten mengangguk.

Cultivar | Ten NCT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang