[𝟏𝟓] : 𝐆𝐚𝐠𝐚𝐥

2.8K 412 55
                                    

PIP

Ten mematikan video call Lisa. "Bodoh! Bodoh."

Aku mengangguk. "Iya bodoh." 

Barusan Ten kembali dari cuci muka ke dapur sambil menelpon Lisa. Saat Lisa curhat berkata aku menghilang dari bumi Ten menjawab aku sedang bersama bang Hanbin. Sekilas memang biasa, namun masalahnya-

Lisa mana tau bahwa Ten sudah tau seluk beluk latar belakangku!

"Gimana dong?" tanya Ten bingung.

"Malah nanya memangnya aku tau?"Aku mencuci tangan.

Kami menunggu sekitar sejam setelahnya tapi Lisa tidak menelpon kembali.

"Enggak masalah itu. Anak bego satu itu enggak bakal kepikiran."

"Begoan mana sama kamu?" tanya Ten.

Aku tersenyum menghadap Ten. Mendekatinya yang setia duduk diatas meja. Lenganku sengaja aku topang ke paha Ten kuat-kuat.

"Geli Valerie!" Ten bergelinjak.

"Aku tiap hari bareng dia. Lisa itu orangnya mudah percaya sama orang. Dan gak terlalu meduliin urusan yang enggak ada hubungannya sama dia," jelasku.

Ten mengelus kepalaku. "Masih begoan kamu."

"Enak saja," tukasku tidak suka. "Kamu itu hobi banget buat aku naik tensi. Gimana ceritanya bunda bisa tahan 17 tahun hidup dengan makhluk kayak kamu."

"Bunda 17 tahun kamu 117 tahun kedepan juga bakalan tahan."

"Yakin banget hidup kamu sepanjang itu. Mana tau kamu nikahnya sama Lisa bukan sama aku," bantahku.

"Amin."

"Tuhkan!" Aku kembali menekankan lenganku padanya.

Ten lalu terdiam dengan senyum yang tidak luntur. Ia tersenyum seolah-olah akan berpisah denganku. Entah mengapa aku dapat melihat rasa sedih tersirat di wajahnya itu.

"Kamu kenapa?" tanyaku ragu-ragu.

Ten turun dari meja. Mendekap aku ke pelukannya. Aku membalas pelukan itu dengan bingung.

"Janji sama aku kamu enggak bakal kemana-mana apapun kejadian kedepannya."

Aku mendorong Ten.

"Kamu mau kemana?" tanyaku cemas.

Ten hanya tersenyum. Seperti ada sentuhan menenangkan terpancar darinya. Aku diam tidak bergeming.

"Aku enggak kemana-mana. Tapi aku janji akan mempertahankan semampuku. Cukup satu yang harus kamu lakukan." Ucapan Ten menggantung.

"Apa?"

Ten menghela nafas sebelum melanjutkan. "Jangan pernah lupakan aku. Walaupun lupa cukup ingat bahwa apapun yang terjadi bukanlah keinginan aku sendiri."

Aku tertawa renyah.

"Ada-ada saja. Sudah, kita pergi aja yuk."

"Kemana?"

Aku menarik tangan Ten. "Jalan Cari perlengkapan camping. Daripada disini. Kamu ngawur, butuh refreshing."

Cultivar | Ten NCT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang