•Hanbin POV•
"Udah lah man. Valerie udah besar ngga bisa lo
timang-timang lagi. Buat apa lo stress-stress kayak orang sinting gini?" ucap Yunhyeong.Aku menegak botol soju. "Sesak. Itu yang gue rasain tiap dia bicarain cowo lain. Apalagi sekarang dia sama Ten. Bisa gila gue."
"Lo sama Ten kan juga udah baikan." Yunhyeong merebut botol soju di tanganku. "Lo teman tersinting yang pernah gue temuin. Jatuh cinta sama adek kandung sendiri. Gila lo."
"Beda bro. Gue ngerasa pengin ngelindungin dia banget. Gue sayang sama dia. Cuma rasanya lebih dibanding abang dan adek. Gue pengin dia cuma buat gue doang."
"Itu tu, 'gue pengin dia cuma buat gue doang'. Halu
lo." Yunhyeong mendorong kepalaku pelan dengan telunjuknya. "Yah Valerie emang cakep sih, ngga heran banyak yang naksir. Cuma lo ngga mau coba balikan sama Zeya?""Lo kan tau gue ke Zeya gimana. Dia gue jadiin pacar buat pelampiasan doang," tukasku.
"Lo bangsat banget Bin. Lo ngga tau Zeya tiap malam telpon gue sama yang lain buat bilangin ke lo kalau dia masih ada rasa?"
Aku bergedik. "Gue ngga bisa Hyeong. Lo kan tau pemilik hati gue sepenuhnya siapa. Ngga lain dan ngga bukan, adek kandung gue sendiri."
Aku membuka pintu kamar yang bersebrangan dengan kamarku. Pelan-pelan agar tidak membangunkan pemilik kamar. Mengingat sekarang jam tiga pagi dan aku baru pulang dari minum-minum di rumah Yunhyeong.
Ya, aku memutuskan untuk pulang lebih akhir dari yang lain. Aku hanya sekadar ingin berbagi cerita dengannya di saat yang lain sudah pergi.
Aku duduk di pojok kamar. Menatap adekku semata wayang yang sedang terlelap. Aku menjambak rambut sendiri frustrasi.
"Gue bisa gila karena lo Val. Asal lo tau gue sayang banget sama lo. Gue cinta sama lo. Dan semoga lo ngga pernah sadar dengan keberadaan gue di kamar lo selama ini."
Aku tertawa mendengar pernyataanku barusan. Lama-lama aku beneran sinting. Bagaimana tidak. Setiap malam aku selalu ke kamar Val hanya untuk
melihatnya.Kadang aku memeluknya sampai pagi. Dia tidak akan marah kalau aku tiba-tiba ada di sampingnya saat ia membuka mata. Karena ya siapa yang curiga jika abang kandungnya berbuat demikian.
Aku beranjak dari kursi. Mendekat ke ranjangnya. Menunduk. Mengecup dahinya singkat.
"Goodnight Val. Abang ngga bakal egois lagi ngekang-ngekang kamu dekat sama cowo. Semoga kamu bahagia sama Ten Val."
***
"Pagi sayang." Papa meletakkan piring berisi sandwich di meja sambil menyapa Valerie yang baru bangun.
Aku mengunci pandanganku padanya yang baru duduk di hadapanku.
"Ngapa liat-liat bang?" Valerie mengambil sandwich di piring dan menggigitnya.
Aku mengalihkan pandangan gugup. "Ngga ada. Geer kamu."
Valerie hanya tertawa. Senyum itu. Senyum itu yang membuat aku menggila.
Drive me crazy.
"Oh iya Val." Papa ikut duduk di meja makan bersama kami. "Gimana kalau kita balik ke Hong Kong dulu beberapa waktu?"
"Uhuk! Uhuk!"
Aku mengulurkan minum kepada Valerie.
Dia meminumnya sekali teguk."Apa?" tanyanya meyakinkan.
"Ke Hong Kong. Soalnya kan kita udah lama ngga ke tempat nenek. Gimana? Kondisi nenek juga agak menurun akhir-akhir ini. Papa takut Bibi Lexie ngga bisa rawat nenek sendiri," tegas papa.
Yap, nenek tinggal di Hong Kong bersama Bibi Lexie, suaminya, dan anak mereka. Nenek murni keturunan China dan bertemu dengan kakek orang Korea.
Saat menikah mereka memutuskan untuk Korea dan tinggal disini sampai papa menikah. Tak lama kakek meninggal dan nenek dibawa Bibi Lexie kembali ke Hong Kong.
"Lagian kan disana ada Renjun. Kamu udah lama ngga ketemu Renjun kan?" tambahku.
Valerie mulai ragu. "Aku kangen sama mereka sih. Cuma pa... keadaan disini baru aja membaik. Aku lagi senang-senangnya bergaul sama temen-temen aku."
Aku tidak bisa membatalkan rencana begitu saja.
Sebenarnya aku yang membujuk papa agar balik ke Hong Kong untuk beberapa waktu.Akankah egois jika aku ingin menghabiskan waktu dengan Valerie sebelum akhirnya aku benar-benar merelakannya bersama lelaki lain?
Aku hanya ingin benar-benar quality time dengannya, sebelum aku akan membuang perasaan ini jaug-jauh.
"Papa paham. Cuma papa juga pengin ngabisin waktu papa bareng nenek sebelum terlambat." Papa memegang tangan Valerie memohon.
"Lagian kan disana ada abangnya si Renjun yang selalu kamu puja-puji karena ganteng. Siapa tuh? Hendry?"
Valerie menghela napas. "Okede."
Aku juga menghela napas lega Valerie mengiyakan.
"Tapi Val mau senang-senang dulu disini bareng Ten, Lisa, Lucas, Taeyong oke?"
Sesak itu kembali datang saat dia mengucap nama itu. Ten.
"Bilang aja mau puas-puasin pacaran sama Ten dulu," goda papa.
Valerie tertunduk malu dan terkekeh. Aku menggertakkan gigi dan meletakkan gelas ke meja keras sampai berbunyi. Valerie dan papa terkejut.
Aku berdiri dan berbalik. "Ngga bisa. Abang udah beli tiket, kita pergi besok."
"Yah, bang. Berarti Val cuma bisa qualitynya nanti sore dong. Untung Lucas buat barbekuan hari ini."
Aku melangkah namun terhenti. "Terserah kamu. Jam lima udah abang jemput."
"Tapi kan barbekuannya mulai jam setengah lima. Abang kok gitu si?" rengek Valerie.
"Abang kamu benar Val. Anak gadis gaboleh pulang malam-malam," ucap papa mendukungku.
"Ish. Yaudah aku suruh Ten kesini jam empat." Valerie menghentak-hentakkan kakinya melewatiku dan kembali ke kamarnya.
•Hanbin world end•
Jadi gimana gais fakta mencengangkan tentang Babang Hanbin? Udah ada yang nebak dari awal ngga perasaan Hanbin ke Val dari awal?
Love u, Xoxo. Stay safe everyone!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cultivar | Ten NCT
Fanfiction[End] Highest Ranking : #1 - Bunga #1- Chittaphonleechaiyapornkul #1- Friend #2- Chittaphon #2- Tennct #11- Fangirl Mengisahkan Valerie yang menjalani hubungan backstreet dengan Ten. Semuanya berjalan lancar sampai Lisa, sahabat Valerie sendiri meng...