[𝟑] : 𝐀 𝐋𝐢𝐚𝐫

4.1K 639 65
                                    

Setelah Lisa berteriak tepat diwajahku ia berlari keluar kelas. Semua mata tetap tertuju padaku. Aku menoleh kanan kiri heran.

Bagaimana dia-- tau?

Pundakku ditepuk dari belakang. Aku mendapati Eunha menatapku dengan tatapan tidak percaya.

"Lo beneran pacaran sama Ten Val? Gila aja lo—"

Perkataan Eunha tidak penting bagiku sekarang. Aku mengedarkan pandangan mencari keberadaan Lisa. Tak dapat ku temukan aku berlari keluar kelas mencarinya. Kemana-mana aku mencari ternyata dia berdiri di depan kelas Ten.

Hanya berdiri- seperti patung. Tanpa berani membukanya. Dengan cepat aku menarik tangannya. Membawanya masuk ke dalam kelas Ten. 

Kami masuk. Lagi-lagi semua mata tertuju padaku dan Lisa. Aku mengabaikan Lisa yang menatapku sinis. Mataku menatap tajam manik mata Ten yang sedang tertawa bersama teman-temannya. Kelas Ten yang tadinya berisik menjadi hening.

Aku mendekati Ten tetap menggandeng tangan Lisa. Lisa mencoba menepis tapi aku memengangnya erat sekali. Meminimalisir kemungkinan ia melepaskan dan kabur.

"Pacar Ten cieee," ucap Jaehyun teman Ten.

Aku menatapnya tajam membuatnya terdiam.

"Pacar Ten?" aku kembali menatap Ten. "Apa lo kehabisan cewek untuk dimainkan bisa-bisanya nyebar rumor pacaran sama gue?"

Ten ternganga tidak percaya. Lisa yang tadinya mencoba melepas genggaman tanganku terdiam menatap tidak percaya.

"Ta—tapi Valerie," Ten berdiri. "Apa yang kamu maksud? Aku ini pacar kamu."

Tetap sama, aku menatapnya tajam. Teman sekelas Ten mulai berbisik. Mungkin sebentar lagi aku dicap berbohong. Semua akan menilaiku menyia-nyiakan Ten sebentar lagi.

Persetan dengan perkataan orang, yang penting Lisa percaya padaku. Bahwa aku tidak berpacaran dengan Ten. Seharusnya.

"Jelasin ke semuanya kalau kita gak pacaran!"

Ten hanya diam menunduk. Kemudian kembali mengangkat kepalanya. "Tapi Val— aku kan—"

"Gue aja ngga pernah kenal lo!"

"Oke fine. Kami gak pacaran," tukas Ten kepada penghuni kelas.

"Lo bohong ke kita Ten?" tanya Taeyong menahan emosi.

"Tenang dulu Tae, gue kena dare dari Tern. Semuanya jelas? Jadi, gak ada lagi yang ngegosipin hubungan gue dengan dia." Ten menunjukku kemudian duduk dengan ekspresi kecewa.

Sakit.

Rasanya sakit harus berbohong seperti ini. Berbohong pada Ten, berbohong pada Lisa dan semuanya. Mungkin setelah pulang sekolah aku harus bicara dengan Ten.

Aku berbalik menatap Lisa yang menatapku melembut. Dia menepis tanganku digantikan dengan memelukku. Aku tersenyum.

Semuanya akan aku lakukan demi Lisa.

Aku dan Lisa keluar dari kelas Ten dan kembali masuk ke kelas kami. Ternyata gosip Ten mengakui aku pacarnya yang ternyata dare telah tersebar ke penjuru sekolah. Buktinya, semuanya berbisik-bisik tentang kami yang menurutku bukan berbisik.

"Valerie. Gue minta maaf gak dengar penjelasan lo dulu," kata Lisa menunduk setelah kami berdua duduk.

Baru mau menjawab pak Sooman memasuki kelas. Bisikan-bisikan maut itu mulai mereda. Mulailah pelajaran MTK yang aku sangat amat ku benci. Aku hanya mencoret-coret buku tulis dibandingan menyatat pelajaran pak Sooman.

"Perhatiin Val. Nanti gak ngerti," ucap Lisa yang menopang dahunya ditangan. Kebiasaan yang ia lakukan ketika bosan. Dasar, sandiwara.

"Udah pintar," jawabku singkat.

"Ada yang mau ditanyakan?" tanya pak Sooman yang membuat seisi kelas menggeleng. Kecuali aku, aku mengangkat tangan.

"Ya Valerie?"

"Permisi ke toilet pak."

Pak Sooman dan seisi kelas hanya menghela nafas karena mendapat harapan palsu.

Setelah diizinkan aku pergi menuju perpustakaan. Aku bolos. Biasanya pak Sooman selalu menunjukku untuk mengerjakan soal di papan tulis. Alasannya, karena aku terlalu bodoh dipelajarannya sehingga aku harus berlatih terus-terusan.

Aku berjalan mencari buku yang terlihat menarik. Daritadi tidak ada yang membuatku ingin membacanya.

Aku teringat buku Alyssum. Buku yang aku temukan diinternet beberapa waktu lalu. Buku itu sangat menarik perhatianku. Dari covernya saja aku sudah ingin membacanya.

Mana tau di sini ada. Aku melangkah ke rak-rak buku nonfiksi. Biasanya di sana diletakkan buku-buku tentang bunga. Aku mondar-mandir sana-sini.

"Alyssum? Alyssum. Mana ya?" gumamku.

Aku menghela nafas kecewa. Seketika aku teringat Ten. Anak itu pasti sangat marah dan kecewa sekarang. Tapi aku-- aku--

Apa yang aku lakukan salah?

Selain Ten aku juga ingin menjaga perasaan Lisa. Aku mengangkat kepala memandang langit-langit perpustakaan yang menggambarkan luar angkasa.

Mataku tertuju pada satu buku yang terletak di rak paling atas. Buku bercover bunga-bunga berwarna-warni. Itu dia buku yang aku cari.

Buku Alyssum.

Aku mencoba menggapai-gapai rak yang lebih tinggi dariku. Aku mencoba sekali lagi, tetap tidak berhasil. Aku menjinjit-jinjit tapi tetap tidak sampai. Aku kehilangan keseimbangan karena asik berjinjit.

Buk.

Aku jatuh. Tapi kenapa tidak sakit ya?

Aku membuka mata menyadari ada seseorang di belakangku. Ternyata aku jatuh bukan ke lantai melainkan pada seorang pria yang berdiri di belakangku.

tbc-

Cultivar | Ten NCT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang