𝓔𝓹𝓲𝓵𝓸𝓰

3.2K 308 84
                                    

Tiga bulan kemudian...

🌹

Saat pertama kali Ten mengiyakan keinginan terbodohku kala itu— perasaanku bercampur aduk. Senang karena pacarku menerima tawaranku, sedih karena membayangkan pacarku akan bermesraan tentunya dengan sahabatku, kecewa, marah, semangat.

Semuanya benar-benar bercampur aduk.

Kadang aku berpikir. Bagaimana jika kala itu Ten tidak mengiyakan permintaanku. Bagaimana jika Lisa tidak tertimpa beton dan sekarang sehat-sehat saja. Bagaimana jika semua hal yang sekarang sudah ku lalui tidak pernah terjadi.

Semuanya sangat lucu, bukan? Aku yang memulai semuanya, dan aku juga yang membenci alur ceritanya.

🌹

"Val!"

Aku tersentak. Menoleh ke belakang. "Bang Hanbin ngagetin ih."

"Kamu dari tadi dipanggil engga noleh sih." Bang Hanbin berceloteh sambil memakan penekuknya. Bang Hanbin yang berdiri di ambang pintu melangkah masuk ke kamarku. "Lagi ngapain sih?"

Aku segera menutup diary yang sedang ku tulis. "Rahasia."

"Haelah. Ke abang sendiri mainnya rahasia-rahasiaan." Bang Hanbin merampas dairy yang berusaha ku sembunyikan.

Kami tarik-menarik diary itu.

Prang!

Piring di tangan Bang Hanbin jatuh dan pecah. "Valerie!!!"

Aku tau dia akan memarahiku. Aku menghindarinya dengan mengambil diaryku dan keluar dari kamar. Tidak lupa menutup pintunya.

"Jangan lupa dibersihiin ya, Kim Hanbin!"

"Yak!" teriak Bang Hanbin dari kamar.

Aku berlari ke bawah. Melihat sesosok pria yang sedang duduk di ruang tamu. "Ten!"

Ten mendongak melihat ke atas. "Lama banget sih."

Aku hanya tersenyum dan kembali berjalan. Sampai di hadapannya aku mengernyit. "Kok ngga manggil?"

"Aku sama abang kamu udah manggil-manggil daritadi. Kamu kemana aja." Ten mencubit pipiku.

"Sakit bego."

"Bego-bego gini tapi kamu suka kan?" Ten menaikkan alisnya.

"Pede amat. Oh iya. Tadi katanya Lisa mau nebeng sama kita. Kamu udah jemput dia ke sebelah?" tanyaku mengingat Lisa yang rumahnya hanya sejengkal dari rumahku.

"Kata dia kita berdua aja. Tadi dia ke sini. Cuma udah pergi lagi. Dia cuma antarin makanan doang ke papa kamu terus balik lagi," jelas Ten.

Aku menyipitkan mata curiga. "Kamu ngga nyuruh dia buat ngga ikut kita kan?"

"Ngga lah sayang. Curigaan aja."

"Oke, oke. Ntar ya aku mau pamit ke papa dulu."

Ten hanya mengangguk.














Cultivar | Ten NCT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang