[𝟓] : 𝐖𝐢𝐬𝐡𝐞𝐬

3.7K 606 108
                                    

"Jadi kamu berantem sama Lucas cuma karena cemburu aku berduan sama dia di perpus?" tanyaku dengan tatapan mengidentifikasi Ten.

Kini kami sedang berbicara empat mata di starbucks. Sesudah pulang sekolah tentunya.

"Siapa yang ga cemburu pacarnya ketawa lebih lepas sama lelaki lain daripada sama dia sendiri?" Ten membuang muka.

"Ten kamu taukan aku suka bunga?" Ten tetap enggan menatapku, "Lucas juga suka bunga jadi kami ngomongnya nyambung."

Ten menoleh padaku. "Maksudnya kamu ga nyambung gitu kalau cerita sama kamu?"

Aku terdiam. "Bukan. Bukan gitu Ten—"

"Apa perlu juga aku bikin taman bunga terus bercocok tanam di belakang rumah aku biar kamu bisa nyambung ngomongnya sama aku?!" bentak Ten.

Aku menunduk tak sanggup memandang wajah Ten yang menahan emosi.

"Val," ucap Ten melembut seperti bersalah. "Aku ga marah sama kamu cuma karena Lucas. Itu gak penting-penting banget. Aku tau kamu lebih milih siapa."

Aku mendongak menatap Ten dengan mata yang memerah.

"Aku lebih marah sama kamu yang bilang ke semuanya kalau aku bohong?" Ten mengepalkan tangannya.

"Bohong?"

"Kamu bilang kita gak pacaran, kesemuanya." Ten menunduk.

"Aku gak bisa Ten."

"Kenapa Val?"

"Aku—ak—"

"Kenapa Val?!"

"Karena Lisa suka kamu!" Aku tidak sanggup menahan air mata. "Sakit Ten. Rasanya sakit! Ngelihat sahabat sendiri suka sama pacarnya. Dia segalanya buat aku. Karena itu aku gak mau nyaikitin dia."

Ten menatapku tidak percaya. "Kamu tinggal bilang ke dia kalau aku pacar kamu. Apa susahnya? Kalau kamu tau orang yang sahabat kamu suka udah punya orang kamu diam aja gitu."

"Ga semudah itu Ten."

"Mudah. Taeyong pernah bilang suka sama kamu aku bilang aja kamu udah ada yang punya." Ten melipat tangan di dada.

Aku terkejut.

"Kamu ga bilang kita pacaran kan?" tegasku.

Ten menyandar ke kursinya. Mengambil minuman dan menyesapnya untuk meredakan emosi sejenak.

"Untung aja aku masih waras dan ga terlalu bawa emosi."

Aku menghela nafas lega.

"Kata Lisa Taeyong dekat sama Yooa?" tanyaku.

"Taulah cowok. Yooa cuma pelarian hati dia doang," balas Ten singkat.

Aku mengernyit. Berarti selama ini aku tidak salah duga. Taeyong selalu curi-curi pandang padaku karena dia menyimpan perasaan.

"Udahla. Itu ga penting sekarang," decak Ten yang membuyarkan lamunanku.

Aku terdiam, "Kamu sayang sama aku kan Ten?"

"Iyalah," ujar Ten singkat padat jelas.

Aku menatap Ten memohon, "Aku mau kamu pacaran pura-pura sama dia."

Ten mengusap wajahnya kasar dan menatapku kecewa, "Kamu takut? Kamu sakit? Aku lebih sakit ngeliat kamu cemburu kalau aku pura-pura pacaran sama Lisa."

Aku membuang muka, "Dulu. Pas kami masih kecil, Lisa sama aku deket banget. Dia rela ngorbanin nyawa seseorang demi aku. Kamu tau siapa?" tanyaku yang membuat Ten menggeleng.

"Dia. Dia hampir mati demi aku. Waktu kecil pas kami lagi main petak umpet, dengan bodohnya aku sembunyi di balik bangunan yang sedang dibangun."

Aku berhenti sejenak, "Para petugas udah nyuruh-nyuruh aku buat pergi. Aku gak ngerti mereka bilang apa dan tetap sembunyi. Pas beton bangunan di atas mau jatuh nimpa aku. Lisa tiba-tiba datang dorong aku sampai jatuh. Dia jadinya yang kena Ten, dia."

Aku menghela nafas panjang, "Lisa koma hampir setahun. Waktu itu dokter udah pada nyerah. Tapi aku masih berharap ada kesempatan. Benar aja, Tuhan ngabulin permintaan aku. Aku bersyukur banget. Tapi semuanya harus ada bayarankan? Karena dulu Lisa penderita hipernatremia, dia jadi kena bradikardi."

"Dimana detak jantung melemah daripada biasanya. Dia datang tanpa tanda-tanda. Yang artinya Lisa bisa mati dimana saja kapan saja, kita gak tau. Mama Lisa baik banget dan maafin aku. Aku merasa jadi pembawa sial buat Lisa Ten, makanya aku pengin bahagiain dia. Selalu. Rasa bersalah aku berkurang dengan liat dia bahagia."

Ten memegang tanganku dan mengusap air mataku, "Kalau gitu, aku bakal bantu. Aku juga mau buat rasa bersalah kamu hilang. Aku tau rasanya hidup dihantui rasa bersalah."

"Makasih Ten, makasih."

***

"VALERIE?!!!" aku terperanjat mendengar Lisa yang tiba-tiba masuk kamarku dan berteriak-teriak girang.

"Kenapa sih Lis. Bikin keget tau gak?"

"TEN NOTIS AKU VAL, DIA NGAJAKIN NONTON OH MY GOD!"

KRETEK

Bukan suara patah hati, melainkan masker yang aku pakai sekarang retak karena perkataan Lisa.

tbc-

Cultivar | Ten NCT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang