Aku merutuki diri sendiri yang berkecamuk dengan batin setelah melihat Lisa yang duduk di bangku terdepan. Wajah suram dan aura mematikan menyelimutinya. Siap menerkam siapa saja yang mencoba menganggu. Aku tidak pernah bertemu Lisa yang seperti ini.
Hari ini hari kamis, hari pertama kali Lisa masuk sekolah setelah libur selama 6 hari. Dan bodohnya aku tidak ada menjenguknya. Aku terlalu takut. Aku takut dia akan memandangku berbeda. Memandangku dengan tatapan kecewa.
Akhir-akhir ini aku mulai bangkit. Bangkit dari patah hati dan kesedihan hati. Mulai menerima bahwa aku tidak punya kekasih lagi. Bel keluar main tidak pernah bosan berbunyi. Begitu juga aku yang tidak pernah bosan menantinya. Kali ini aku menghabiskan jam istirahat di kelas. Lagipula apa yang dapat ku kerjakan jika keluar.
Teman-teman sekelasku satu persatu keluar dari kelas. Melakukan aktivitas yang sedari tadi sudah muncul di benak mereka sampai bu Kim marah-marah karena kami melamun. Aku memandangi punggung Lisa kembali. Bingung sebaiknya menghampiri atau tetap disini.
Rasa khawatir dan penasaran itu membunuh rasa ragu di hatiku. Aku berdiri. Lisa berdiri dan melangkah pergi.
Kenapa?
Aku mengejar dari belakang sebelum ia sempat melangkahkan kali keluar kelas. Selagi kelas kosong rasanya aku ingin menjelaskan padanya tentang apa yang terjadi selama ini.
"Lisa, tunggu." Aku menggenggam tangannya.
Lisa sama sekali tidak berniat menepis. Ia hanya membatu. Aku menarik nafas menenangkan diri.
"Gue tau lo marah. Tapi setidaknya dengerin dulu," ucapku.
Lisa terkekeh. Dia tetap menunduk tanpa mau menunjukkan wajahnya dengan membalikkan badan.
"Apa yang harus gue dengerin, Valerie?" jawabnya. "Gue mau pergi."
"Ouch."
Lisa menepis dan menghempaskan tanganku. Dia pergi lalu membanting pintu kelas. Aku benar-benar tidak dapat memahami apa yang terjadi barusan.
Apa sekarang aku benar-benar kehilangan dua orang yang aku sayang sekaligus?
Hanya karena permainan bodoh yang aku mulai sendirinya?Aku kembali berkecamuk. Haruskah aku keluar kelas atau tetap bertahan.
GUBRAK
"Ma-maaf."
Aku memegang kepalaku yang sakit karena terhantuk dengan pintu kelas. Ulahku sendiri karena berdiri terlalu dekat dengan pintu. Aku berdiri tanpa dibantu.
"Sakit Val?"
Aku menatap Sana. Siapasih yang tidak luluh kalau Sana yang sudah menunduk dan meminta maaf?
"Gapapa kok," ujarku.
Sana memasang tampang bingung. "Lo sama Lisa kenapa sih? Kayaknya lagi heboh banget gosipnya di sekolah kita."
Aku mengerutkan alis. "Gosip?"
Sana mengangguk. "Iya. Lo gak tau? Banyak banget anak kelas yang benci sama lo."
"Benci kenapa?"
"Soalnya lo rebut pacarnya Lisa."
Aku ternganga.
Apa?
Merebut?Hal konyol lagi-lagi tak henti datang padaku.
"Terus lo juga benci sama gue, Na?" Aku memiringkan senyuman.
Sana tampak terkejut dan menggeleng-gelengkan kepala. "Enggak. Lo jangan salah paham. Makanya gue nanya. Gue gak mau langsung termakan gosip."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cultivar | Ten NCT
Fanfic[End] Highest Ranking : #1 - Bunga #1- Chittaphonleechaiyapornkul #1- Friend #2- Chittaphon #2- Tennct #11- Fangirl Mengisahkan Valerie yang menjalani hubungan backstreet dengan Ten. Semuanya berjalan lancar sampai Lisa, sahabat Valerie sendiri meng...