[𝟐𝟓] : 𝐂𝐡𝐚𝐧𝐠𝐞

2.8K 383 77
                                    

PS : Putar lagu di mulmed biar lebih asik.

Aku melihat sekeliling aneh. Rumah sakit. Aku tau itu setelah melihat seorang gadis tergeletak di kasur rumah sakit yang dibawa dengan terburu-buru.

Anehnya mereka berjalan seolah tak ada aku dihadapannya. Aku berteriak untuk berhenti.
Tapi mereka mengabaikan aku. Aku melotot menyaksikan kejadian suram barusan.

Bagaimana mereka bisa menembusku?

Ting

Bunyi lift terbuka berbunyi. Aku menoleh, memincingkan mata melihat siapa wajah yang tampak familiar padaku.

Bang Hanbin?

"Iya. Bang Hanbin!" teriakku.

Yang dipanggil tidak menoleh sama sekali. Justru suram dan menyeka air mata. Abang kenapa menangis. Tepat di depan wajahku dia menghentikan langkah menghadap depan dengan tatapan kosong.

"Valerie..." ujarnya lirih.

Aku menautkan alis. "Abang!"

Bang Hanbin lalu menunduk dan mengepalkan tangan. "Kenapa kamu harus koma?"

Setelah menyebutkan satu kalimat yang membuatku terdiam bang Hanbin kembali berlari dan melakukan yang dilakukan oleh banyak orang sebelumnya.

Tidak. Tidak. Bukan, jangan. Aku menggeleng kuat. Air mataku menetes. Belum saatnya.

Aku terperanjat melihat siapa yang tiba-tuba hadir dihadapanku. Gadis sebayaku pergelangan tangan dan kakinya membiru seolah senada dengan iris matanya. Kulitnya putih pucat. Mata pandanya menambah kesan suram pada dirinya.

Dia berlari ke arahku. Aku memundurkan langkah cepat. Aura suram dalam dirinya benar-benar menakutkan. Tanpa mengenalnya saja aku dapat menyimpulkan masa lalunya begitu putus asa.

Dia melangkah cepat ke arahku. Aku mundur sampai ke dinding. Walaupun hal mengejutkan terjadi lagi- aku menembusnya tapi entah kenapa diriku benar-benar tidak dapat digerakkan. Terdiam. Begitu saja.

Dengan gerakan mengejutkan gadis ini mencekik aku. Tunggu- memangnya aku bisa disentuh?

Lagi-lagi hal yang tak kupahami terjadi. Semua disekelilingku berputar-putar dan mengecil. Aku merasakan sesuatu yang tidak mengenakkan mengganjal diperasaanku. Rasa depresi ini menuntunku masuk ke dalam pusaran lingkungan sekelilingku yang sudah menyatu.

"ARGGHHH!"

Lalu gelap, dan aku tak lagi mengingat apapun yang telah terjadi barusan.







Aku membuka mata. Aroma obat-obatan langsung menyeruak indra penciumanku, ruangan berwarna putih. Rumah sakit. Aku benci rumah sakit.

Mataku tertuju pada seseorang yang tertidur menenggelamkan kepala di tangannya.

Abang.

Seketika sekelibat memori beruang yang akan menangkapku terlintas. Tubuhku bergetar hebat, keringat dinginku menetes, aku panik tiba-tiba.

"AAAAAAAAHHHHH!!!!"

Bang Hanbin terperanjat. "Valerie! Val, gapapa Val."

Bang Hanbin memeluk menenangkanku. "Abang di sini jangan takut."

Cultivar | Ten NCT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang