Bab 8 : Masalah (4)

9.7K 1.5K 143
                                    

Suasana dihalte saat itu sangat hening. Bahkan suara angin yang berhembus pun bisa kalian dengar. Sekumpulan pria yang tengah duduk menunggu kedatangan bis itu tengah sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Hujan..." lirih Chenle

Semua yang ada disana menatap langit dengan serentak, awan hitam mulai bergerumul diatas langit.

"Sebaiknya kita mencari tempat berteduh, ini bukan hujan biasa, tapi badai." Renjun memperingatkan.

Yang lain mengangguk setuju dan berjalan menjauhi halte.

"Tapi kita harus pergi kemana?" Taeil

"Kembali ke sekolah bukan hal yang buruk." Jisung

"Baiklah, kita ke gedung sekolah kalian sampai badai selesai." Yuta

"Tapi itu sangat lama.." Chenle khawatir

"Itu masih lebih baik dibandingkan harus dimarahi eomma karena pulang dengan baju yang basah." Jisung mendahului Chenle

"Percepat langkah kalian." ujar Renjun dengan menambah kecepatan jalannya.

"Ada apa?" tanya Yuta penasaran.

"Percayalah kalian tidak akan ingin mendengarnya.." Renjun mengecilkan volume suaranya.

Mereka berjalan setengah berlari, sesekali Renjun terlihat melihat kebelakang. Seolah memastikan sesuatu.

"Ruang kesehatan!" ujar Renjun kemudian.

"Kenapa?" Kun heran.

"Nanti saja ge, sekarang kita masuk kedalam ruang kesehatan." Renjun membuka pintu dihadapannya dan memastikan bahwa semuanya sudah masuk, ia menutup pintu itu dan berjalan kearah semua orang berada.

"Aku merasakan ada yang mengikuti kita." Renjun membuka suara.

"Lalu?" Yuta penasaran.

"Kita harus sembunyi, orang yang mengikuti kita adalah orang yang berbahaya." jelas Renjun.

"Bersembunyi dimana?" Chenle heran, tidak mungkin kan mereka bersembunyi dibalik tirai kasur?

"Ruang perawat, itu adalah ruangan paling aman. Tidak ada yang akan tahu kita disana." jawab Renjun

"Bagaimana kau tahu?" Taeil menyela

"Karena aku pernah keruangan itu." jelas Renjun singkat.

"Tunggu apalagi? Ayo!" Jisung berjalan lebih dulu menuju ruang perawat yang berada disisi ruangan.

Tiba-tiba sebuah suara langkah kaki yang berasal dari sepatu hak tinggi milik perempuan terdengar di koridor depan ruang kesehatan. Tubuh mereka menegang, keringat dingin mulai muncul di kening mereka.

Bahkan Chenle sudah gemetar, matanya mulai berkaca-kaca. Ia beringsut mendekat kearah Jisung dan memeluk tangannya, Jisung mendelik kesal karena dengan seenak jidatnya Chenle menempel padanya.

"Aku takut Jisung-ah.." lirih Chenle sembari memasang wajah memelas.

"Terserah." Jisung merotasikan matanya.

Setelah membuka pintu ruang perawat, mereka langsung masuk dengan sedikit terburu-buru. Benar dugaan Chenle sebelumnya, hujan turun dengan deras. Awan hitam menutupi langit Kota, dan suasana menjadi sangat sepi setelah senja tiba.

Ruangan itu berukuran kecil, hanya memuat sebuah meja kerja dan kursi. Serta sofa kecil untuk bersantai. Dindingnya bercat putih dengan beberapa lukisan sebagai hiasan, tidak ada jendela, hanya ada ventilasi udara yang berada diatas lukisan abstrak dibelakang kursi.

[BL End]Neo City : Unexpected PhenomenonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang