Bab 32 : Markas (7)

6.6K 1.1K 52
                                    

Next: our daily life(1)
__________________

Johnny berbalik dan menatap Mark, "dimana Taeyong dan yang lain?"

"Mereka pergi ke klinik didekat sini." jawab Mark datar.

Johnny mengangguk paham, "Cas, Yuta ikut aku." ia lalu berjalan keluar villa tanpa menoleh kearah yang lain.

Lucas dan Yuta saling berpandangan,mereka lalu mengikuti Johnny dengan pikiran yang penuh tanda tanya. Johnny masuk kembali ke dalam mobil, dengan diikuti oleh Yuta dan Lucas dari belakang.

"Kita mau kemana hyung?" tanya Lucas pada akhirnya.

"Menyusul Taeyong dan yang lain." jawabnya singkat.

Yuta dan Lucas mengangguk paham dan akhirnya diam, Johnny merasa aneh saat keduanya terdiam seperti ini karena biasanya kedua orang ini pasti akan membuat keributan dimanapun mereka berada.

Melihat mereka diam seperti ini rasanya seperti menonton film horror bagi Johnny, ia ingin menanyakan alasan mereka diam namun ia urungkan begitu melihat keduanya sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Tapi keheningan itu tak berselang lama,nyatanya Lucas tiba-tiba mulai bersenandung kecil dengan nada yang tidak tepat. Membuat telinga Johnny terasa gatal dan keinginan untuk memukulnya terlintas dibenaknya.

Mobil berhenti didepan sebuah klinik yang cukup besar, mereka bertiga keluar dari mobil bertepatan dengan Taeyong dan Taeil yang baru saja turun dari sebuah truk.

"Johnny?" Taeyong tanpa sadar bergumam.

"Kami datang untuk membantu." jelas Johnny dengan ekspresi datarnya. Namun dapat dilihat bahwa dibalik tatapan dinginnya terselip sebuah kepedulian dan tanggung jawab. Taeyong merasa tersentuh, ia lalu tersenyum dan mengangguk.

"Kalian bisa menyusul Jungwoo dan yang lainnya didalam, mereka tengah mengumpulkan obat-obatan dan ranjang pasien untuk digunakan di villa jika ada yang terluka." ujar Taeyong

Johnny mengangguk lalu memberi instruksi pada Lucas dan Yuta untuk mengikutinya. Mereka bertiga berjalan cepat memasuki klinik itu, Johnny dan Yuta kearah kiri untuk membantu Jeno dan Lucas kearah kanan untuk membantu Jungwoo.

Mereka cukup terkejut melihat banyak mayat zombie yang cukup mengenaskan, beberapa bagian tubuh mereka patah arau bahkan terpotong hingga terpisah. Bahkan beberapa zombie ada yang tidak memiliki kepala.

Dalam benak mereka, pujian tak henti hentinya dikeluarkan pada orang yang melakukan hal ini. Mencoba menerka-nerka kira-kira siapa yang melakukannya. Walaupun pada akhirnya mereka menyerah dan tetap waspada terhadap sekitar.

Terdengar suara keributan di depan Johnny dan Yuta,mereka berdua saling pandang dan memberi pemahaman diam-diam. Johnny mengangguk dan mendekati asal suara, mereka menemukan Jeno, Kun dan Chenle yang nampaknya bingung dengan ranjang pasien didepan mereka.

"Bagaimana cara membawanya?" Chenle mendesah lelah, ia mengacak-acak rambutnya frustasi.

Berbeda dengan Jeno dan Kun yang jauh lebih tenang, bahkan Jeno kini tengah memperhatikan dengan serius ranjang itu.

"Kita bisa membongkarnya, itu akan memudahkan kita untuk mengangkutnya kembali ke villa." seru Jeno yang telah selesai dengan analisisnya.

"Kurasa jika hanya bertiga tidak akan cukup-"

"Itu sebabnya kami datang.." ujar Yuta memotong perkataan Kun.

Chenle menoleh ke sumber suara, matanya berbinar menampilkan secercah harapan untuk bisa keluar dari situasi memuakkan itu. "Yuta hyung!! Johnny hyung!!"

Yuta tersenyum, "yo Chenle-ya!"

Tanpa basa basi lagi Yuta dan Johnny ikut bergabung dan berdiskusi mengenai cara membawa ranjang pasien. Setelah lima belaa menit berlalu, kelimanya kemudian mulai membongkar satu persatu ranjang pasien yang ada diruang rawat klinik itu. Memisahkan bagian per bagian, dan menumpuknya dengan rapi lalu diikat agar mudah dibawa.

Chenle yang kelelahan menjatuhkan dirinya ditumpukan kasur matras sambil menghela nafas, "ini melelahkan.."

"Ayo pergi!" seru Johnny, ia lalu mengangkat salah satu tumpukan kerangka ranjang dan memanggulnya. Yuta mengikuti begitu juga tiga orang lainnya.

Mereka lalu berjalan kembali ke lobi untuk menunggu tim yang mengumpulkan obat-obatan. Tak disangka, tim mereka jauh lebih cepat dari mereka.

Lucas melambaikan tangannya dan tersenyum lebar,"hei kalian!!"

Chenle membalas lambaian tangannya dan tertawa lepas. Sementara Jisung terlihat tengah memikirkan sesuatu, Jeno yang peka langsung bertanya, "ada apa Jisungie?"

"Kalian duluan keluar, aku harus menepati janjiku dulu..." Jisung berlalu begitu saja tanpa penjelasan lebih lanjut. Chenle yang awalnya ingin menyusul dihentikan oleh Johnny yang memegang tangannya.

"Ayo!"

Mereka kembali berjalan keluar dan melihat Taeyong juga Taeil yang sedang bersandar di dekat mobil truk barang, keduanya tengah mengobrol dan saat melihat kearah tim yang mencari persediaan keduanya berhenti dan berjalan kearah mereka untuk membantu.

"Berapa banyak ranjang pasien yang kalian bawa?" tanya Taeyong.

"Lima buah, itu cukup. Lagipula..kita tidak akan terluka serius berjamaah bukan?" jawab Jeno dengan sedikit candaan

Taeyong terkekeh lalu membukakan bagian belakang truk untuk membiarkan yang lain memasukkan barang yang mereka bawa, ia juga melompat kedalam truk untuk merapikan barang. Sekitar tiga puluh menit dibutuhkan untuk memasukkan dan merapikan barang kedalam truk, dan saat itu pula mereka melihat Jisung yang baru kembali dengan kantung mayat dan sebuah tas cukup besar dikedua tangannya.

"Apa itu?" tanya Jaemin penasaran.

"Janjiku pada Haechan hyung." jawab Jisung acuh tak acuh, ia lalu memasukkan keduanya kedalam truk.

"Baiklah, biar aku dan Yuta yang mengemudikan truk, Lucas kau bawa mobil ku!" seru Johnny sembari melemparkan kunci pada Lucas.

Setelah itu mereka bergegas kembali menuju villa untuk menata semua barang yang telah mereka kumpulkan. Sesampainya di villa, anggota yang lain dengan cepat membantu. Mereka mengangkut barang yang dibawa kelompok Taeyong ke ruangan pertama dan kembali menyusun ranjang pasien.

Sementara itu Jisung memanggil Haechan untuk bicara dengannya.

"Ini peralatan penelitian untukmu hyung, juga..aku membawakan sampelnya agar kau bisa melakukan eksperimen.." ujar Jisung sembari menyodorkan sebuah tas hitam besar.

Haechan terkejut, "i-ini...kau bagaimana... Bagaimana caranya mendapatkan semua ini?" ia menatap tak percaya pada apa yang dibawa Jisung.

Sementara Jisung hanya tersenyum layaknya anak kecil, "aku sudah berjanji padamu saat itu, apapun akan kulakukan untuk memenuhi janjiku hyung.."

Haechan tersentuh, ia lalu mengusak pelan rambut platina Jisung. "Terima kasih Jisungie.."

Keduanya memasuki ruang khusus yang dijadikan laboratorium dadakan dan menyusun semua peralatan penelitian disana bersama, saat bersama Haechan Jisung melepaskan topengnya yang bertindak  tsundere dan berubah menjadi manja saat bersama Haechan. Ia tak tahu mengapa tapi ia bisa merasakan kehangatan yang diberikan ibunya pada Haechan yang notabenenya baru ia kenal beberapa minggu belakangan ini.

To be continue

Vomment

[BL End]Neo City : Unexpected PhenomenonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang