"WIN!" Sira mengguncang pelan bahu Alwin. "Bangun dong, katanya tadi ngajak ke taman kota dulu. Kita tinggalin enggak apa-apa, nih?
Hela napas panjang Sira mengudara. Melihat Alwin tertidur di tengah-tengah jam pelajaran itu biasa, tetapi bukan hal biasa jika Alwin sulit dibangunkan seperti saat ini.
"Kenapa, Sir?" Aisya yang memang duduk di kelas yang sama dengan Alwin dan Sira, berjalan menghampiri kedua sahabatnya itu.
"Enggak tahu, Alwin kok mendadak susah dibangunin, ya?"
"Yeee, kebo emang nih, anak. Bangun gak lo?!" Padahal suara dan tepukan Aisya di bahunya sama-sama keras. Tapi, itu tak lantas membuat Alwin membuka mata juga. Jelas saja itu membuat Sira dan Aisya kembali saling pandang.
"Win, lo enggak lagi sakit, 'kan?" Nada khawatir mulai terdengar di balik suara Sira. Gadis pendiam itu baru saja hendak menyentuh kening Alwin saat kepala seseorang menyembul di balik pintu kelas.
"Jadi ke taman kota gak?" tanya si pemilik kepala seraya mengayunkan kaki panjangnya masuk ke dalam kelas.
"Alwin-nya, nih malah kebo!" jawab Aisya. Sira mengangguk mengiyakan.
Pandu, orang itu, menyempatkan diri untuk menghela napas pendek. "Gini, nih cara bangunin makhluk kebo." Mendekatkan mulut ke telinga Alwin, Pandu mulai berbisik lembut, "Alwin sayang, bangun dong. Kalo gak bangun, gue cium nih ...."
Alwin tak juga terbangun, sampai Sira dan juga Aisya kemudian terkikik geli lantaran Pandu kini benar-benar menempelkan bibirnya di pipi Alwin.
"ANJIR! PANDU PEA, LO! LO HOMBRENG, HAH?" Alwin mengusap-usap kasar pipinya, sementara Pandu hanya cengengesan seraya mengusap bibirnya. Ekspresi jijik Alwin tunjukkan.
"Abisan kapan sih lo mau insaf. Molor mulu di kelas kerjaannya. Gak naik kelas baru nyaho lo."
"Cerewet lo kayak anak k-poper."
"Gue K-popper, ya!" Aisya sebagai pecinta K-Pop sejati, merasa tersinggung dan refleks memukul kepala Alwin dengan gulungan buku di tangannya.
Ringisan lolos dari mulut Alwin. Laki-laki bertubuh tinggi itu lantas mencebik seraya mengelus kepalanya yang jadi sasaran tangan jahil Aisya.
"Udah dong, tadi katanya mau ke taman kota dulu." Sira menengahi sebelum Alwin kembali memulai perdebatan.
"Iya, katanya Abil pengen kita kumpul bareng di tempat biasa." Selagi memasukkan alat tulis ke dalam tasnya, Alwin mengingat percakapannya dengan Abil tadi pagi. Sahabat baiknya itu meminta ia memberi tahu teman-temannya yang lain untuk kumpul di taman kota sepulang sekolah.
"Yaudah, ayo cekicus! Abil, Jihan, sama Metta udah ada di lokasi katanya." Aisya memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku sesaat setelah ia membaca pesan dari Jihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISARRAY (RETAK)
Teen FictionAbil Naufal tahu kalau hidupnya tidak diinginkan. Bagaimana ia ditinggal sendiri dengan dalih agar hidup mandiri, menjadi bukti kalau keluarganya tidak menginginkan kehadirannya. Kendati begitu, Abil punya banyak sahabat yang selalu menjadi alasan i...