5 | Alwin dan Metta

5K 415 28
                                        

EMBUSAN angin malam mengibarkan rambutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

EMBUSAN angin malam mengibarkan rambutnya. Kendati berulang kali ia menyelipkannya di balik daun telinga, tetapi udara yang bergerak itu tampaknya terlalu kencang sehingga membuat rambut pendeknya kembali berantakan.

Metta, gadis berambut pendek itu lantas mempercepat langkah agar segera sampai di tempat tujuan. Gerutuan panjangnya saling sahut dengan desau angin kemarau yang semakin kencang. Bukan tanpa alasan ia keluar malam-malam seperti ini kecuali rengekan si Adik yang terus berdengung meminta dibelikan batagor kuah di alun-alun kota.

Langkah Metta memelan ketika ia melewati sebuah lapangan basket kecil di samping perumahan tempat tinggalnya. Kendati jaraknya dengan lapangan itu tak begitu dekat kini, tetapi tiba-tiba saja angan Metta seakan ditarik mendekati persimpangan masa silam di mana kisah indah itu mulai tertulis di sana.

 Kendati jaraknya dengan lapangan itu tak begitu dekat kini, tetapi tiba-tiba saja angan Metta seakan ditarik mendekati persimpangan masa silam di mana kisah indah itu mulai tertulis di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SORE itu Metta dan Alwin terlihat berdiri berhadapan di sana. Saling beradu tatap sebelum akhirnya saling kejar, selagi tangan berusaha saling berebut si bundar oranye. Tak terlihat lelah meskipun keringat mulai bercucuran membasahi seragam mereka.

"Lo pikir lo itu hebat, ya?" Underestimate. Jelas terlihat di balik sorot mata Alwin kala itu. Ia masih berusaha merebut bola dari tangan gadis tomboi di hadapannya.

Metta tersenyum miring. Terus fokus pada bolanya dan berusaha tak terprovokasi oleh kata-kata Alwin. "Sendirinya? Lo pikir, lo itu paling jago dalam basket apa?"

Alwin terkekeh. "Enggak juga, tuh. Ada yang lebih hebat dari gue kali."

Metta menaikkan sebelah alisnya. "Siapa?" tanyanya setengah mencebik.

Alwin tertawa kecil dan dengan cepat merebut bola dari tangan Metta saat sadar gadis itu berada di posisi lengah. "Akashi Seijuro, dan gue reinkarnasi dari dia." Tunjuk Alwin pada bola yang baru saja dilemparnya. Masuk.

Bola oranye itu kemudian menggelinding tanpa arah. Metta tak peduli dan mulai menatap Alwin yang kini berjalan menghampirinya. Sama seperti dirinya, laki-laki itu tengah berusaha mengatur napas kini.

"Score 43-20. Jadi, sesuai perjanjian, lo jadi cewek gue."

Untuk beberapa saat Metta biarkan napas mereka yang masih berembus cepat merespon kalimat Alwin. Selagi matanya berputar ke sana-sini, ia sibuk memikirkan apa keputusan yang tepat untuk menjawab pertanyaan Alwin.

DISARRAY (RETAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang