Abil Naufal tahu kalau hidupnya tidak diinginkan. Bagaimana ia ditinggal sendiri dengan dalih agar hidup mandiri, menjadi bukti kalau keluarganya tidak menginginkan kehadirannya. Kendati begitu, Abil punya banyak sahabat yang selalu menjadi alasan i...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🎵 Kularut luruh dalam keheningan hatimu Jatuh bersama derasnya tetes air mata Kau benamkan wajahmu yang berteduhkan duka Melagukan kepedihan di dalam jiwamu...
Jihan masih berdiri di sana. Bermenit-menit sebelum sosok itu akhirnya beraksi, membiarkan jemarinya menari di atas tuts hitam-putih itu selagi suaranya mulai melantunkan sebuah lagu. Rima dan denting piano yang berpadu sesaat membuat Jihan terenyuh ditelan nestapa.
Sendu, Jihan tatap punggung tegak itu. Tampak kokoh, namun Jihan tidak tahu sampai kapan sosok itu bisa bertahan menanggung beban berat di sana. Terlebih ketika ingatannya kembali ke kejadian kemarin.
Amplop cokelat yang ia temukan tergeletak asal di meja kala itu langsung menampar sadis dirinya. Tanpa tedeng aling-aling kenyataan yang tertulis di sana, tentang hasil pemeriksaan Abil, menancapkan sesuatu dalam hatinya. Begitu perih dan nyeri. Jihan bahkan sampai tak berani menemui Abil waktu itu dan memilih untuk kembali.
Ia perlu waktu untuk sendiri. Menangisi kenyataan pahit yang diterima orang terkasihnya saat itu.
Dibanding Abil yang menerima vonis itu, ia bahkan jauh lebih takut. Lebih terluka dengan takdir yang ada.
Sekarang, selain memang Abil menyuruhnya datang menemuinya, Jihan juga ingin bertanya soal vonis itu. Tapi begitu mendengar lagu yang dibawakan Abil, Jihan urung. Ia ingin tahu sampai mana Abil menyembunyikan sakit itu darinya. Ia akan berpura-pura tidak tahu sampai Abil jujur dan memberitahunya.
Jihan melangkah mendekat. Tanpa aba-aba ia mengalungkan tangannya di balik leher Abil. Laki-laki itu tampak terkejut, tapi permainan pianonya tak lantas terganggu. "Jangan lagu sedih-sedih dong yang dibawain. Baper nih gue," komentarnya.
"Sini duduk!" Begitu lagu selesai, Abil bergeser dan menepuk posisi kosong di sisinya.
Senyum Jihan tergurat penuh. Gadis yang masih menggunakan seragam sekolah itu kemudian melepaskan tangannya dan mengambil posisi di samping Abil.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mau lagu apa?"
Sejenak Jihan berpikir. "You are the—-"
"Jangan lagu bahasa asing tapi," potong Abil cepat.