16 | Masalah Bertambah

3.3K 319 24
                                        

Tangan itu masih asyik menari di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangan itu masih asyik menari di sana. Di atas tuts hitam putih sejak sepuluh menit yang lalu. Membiarkan irama merdu mendominasi kesunyian yang ada. Memeluk erat segenap hati yang sendu.

Seharian ini Abil menghabiskan waktunya untuk mengistirahatkan diri di UKS. Pasca membubarkan diri dari Upacara Bendera, Abil tak lantas masuk ke dalam kelas dan mengikuti pelajaran. Pusing yang mendera malah memaksa ia pergi ke UKS lantas tidur berjam-jam di sana.

Sebenarnya, Abil tidak ada niatan untuk bolos mata pelajaran. Namun, tubuhnya tidak bisa diajak berkoalisi. Lemas. Tanpa daya. Hanya mampu berbaring bahkan ketika ia terbangun di jam istirahat. Bu Ulfa yang kebetulan tengah bertugas di sana bahkan sampai menyarankan ia untuk pulang. Kamu kayaknya harus ke dokter, Abil. Begitu katanya.

Jika diingat lagi, hari ini Abil memang seharusnya menemui dokter, ke poly hematologi tepatnya. Namun, Abil malah memilih untuk pergi sekolah. Bagaimana Yuda, wakilnya di ekskul seni, tak henti-hentinya berkoar mengatainya di grup chat adalah yang membuat ia akhirnya bertahan untuk tidak pulang. Lima belas menit sebelum bel pulang berbunyi, Abil memutuskan untuk turun dari brankar UKS dan pergi ke ruang seni. Ia harus bertanggung jawab dengan tugasnya.

Sambil menunggu anggota yang lain, Abil kemudian memilih untuk melarutkan diri bersama denting-denting piano yang ia mainkan. Kendati ia memiliki benda serupa di rumah, tetapi ini pertama kalinya lagi ia menjamah alat musik paling angkuh itu setelah bertahun lamanya. Ia tidak menyangka kegaduhan hatinya bisa tenang hanya dengan memainkannya.

“Lo udah di sini?”

River flows in You yang semula memeluk Abil dalam hening sesaat terhenti kala suara tanya itu menyapa. Membalikkan badan, Abil sudah menemukan beberapa anggota tengah mengambil posisi masing-masing. Hilal ada di antara mereka.  Sesaat adik kelasnya itu menilik dirinya sebelum mengambil tempat.

Abil bangkit menjauhi piano berwarna hitam yang tadi dimainkannya untuk kemudian duduk di dekat Hilal.

“Yang lain mana?” Abil bertanya kala sadar bahwa anggota yang hadir hanya segelintir saja. Ia meminta seluruh anggota untuk hadir, bukan hanya pengurus inti saja.

“Males kali ketemu sama ketuanya yang enggak kompeten.”

“Dari kemarin, di grup chat lo terus bilang gue ini enggak kompeten. Enggak bosen apa?” Lumayan sinis Abil menimpali. Selagi tangannya mulai sibuk membuka laptop dan mengotak-atik benda berlogo apel tegigit itu. Di sampingnya Hilal hanya memperhatikan layar laptop tanpa ingin berkomentar apa pun.

“Emang kenyataannya gitu, kan? Lo itu enggak kompeten, enggak tanggung jawab! Buktinya, lo janji mau nyelesain konsep acara satu bulan sebelum ujian. Tapi, ujian tinggal dua Minggu lagi, konsep acara belum selesai.”

DISARRAY (RETAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang