4 | Yang Tak Terungkap Kata

4.9K 407 26
                                    

ABIL Naufal sengaja menidurkan kepalanya di atas meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ABIL Naufal sengaja menidurkan kepalanya di atas meja. Memejamkan matanya yang terasa perih untuk beberapa saat. Kepalanya terasa berat kini. Seolah ribuan ton beban tengah tersanggul di sana. Sebabnya, laki-laki berkulit putih pucat itu memilih untuk tetap tinggal di saat anggota ekskul seni yang lain membubarkan diri.

Sejak membuka mata, Abil merasa kurang sehat. Sakit tenggorokan. Pusing. Dan mual. Ulangan harian fisika ditambah jadwal rapat dengan anak-anak seni adalah alasan Abil kenapa tak memilih mengistirahatkan diri di rumah.

"Ini gue tempel di mading ya?"

Suara Hilal menginterupsi. Memaksa Abil kemudian mengangkat kepala guna menatap Hilal--yang bahkan tak ia sadari masih berada di dalam ruangan--tengah berdiri di hadapannya sembari menunjukkan karya seni yang hendak ditempelnya di mading tadi pagi.

"Ya." Abil mengangguk singkat.

"Lo sakit?" Sejak rapat dimulai, Hilal sebenarnya sudah tahu kalau kakak seniornya itu terlihat tidak baik-baik saja.

"Agak gak enak badan. Tapi, gue baik-baik aja."

"Gue ..." Hilal menggantungkan kalimatnya. Selagi menatap Abil rinci. "Anter lo pulang, ya?" Kendatipun ekspresinya terlihat datar, tetapi jelas nada suara Hilal menyimpan khawatir yang mendalam.

"Enggak usah, gue pengen di sini dulu."

Sesaat, Hilal terdiam. Menimang. Benar-benar memastikan kalau tidak apa-apa meninggalkan Abil sendiri. "Yaudah, kalo gitu gue duluan," putusnya. Lantas, setelah mendapat anggukan setuju dari si Kakak kelas, laki-laki pendiam itu segera berlalu meninggalkan ruangan.

Selepas kepergian Hilal, kembali Abil menidurkan kepalanya. Bukan untuk membiarkan sadarnya tenggelam dalam lautan mimpi. Hanya sekadar melepas penat lantaran menurutnya suana sepi di sekolah jauh lebih baik ketimbang kesunyian yang ada di rumahnya.

 Hanya sekadar melepas penat lantaran menurutnya suana sepi di sekolah jauh lebih baik ketimbang kesunyian yang ada di rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DERAP langkah kedua siswi SMA itu jelas kentara. Menggema di sepanjang koridor sekolah yang sepi. Sesekali obrolan ringan mereka menyahuti, turut memecah keheningan yang ada.

DISARRAY (RETAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang