"GUE kan udah bilang, lo jangan makan mie instan lagi!"
Abil menggumam pelan, selagi matanya melirik ke arah Jihan yang kini tengah sibuk menata makanan di atas meja makan. Gadis cantik itu baru saja tiba dengan satu rantang penuh berisi berbagai macam lauk saat melihatnya tengah sibuk memasak mi di dapur.
Lantas, setelah mengunci pandang selama beberapa sekon, Abil kembali menyibukkan diri dengan beberapa artikel di halaman web yang tengah diaksesnya, sembari menyumpal kedua telinganya dengan headset yang ada.
Jihan mendengus. "Tuh, kan gak usah didengerin aja terus."
"Didengerin kok," jawab Abil malas. "Orang gue enggak lagi dengerin apa-apa."
Jihan mendelik. "Terus, ini televisi kalo gak ditonton ya matiin aja!" Selesai dengan urusan makanan, Jihan mulai menghampiri Abil. Mematikan televisi yang dibiarkan menyala sementara yang menonton hanya sibuk sendiri dengan ponselnya.
"Lo tambah bawel aja kayak emak-emak." Abil yang sejak awal selanjaran di atas karpet, segera berdiri saat Jihan menarik tangannya.
"Itu karena gue sayang sama lo. Udah, ayo makan dulu!"
Abil tak lagi berkomentar. Hanya menuruti saja perintah Jihan untuk segera duduk di meja makan guna menyantap berbagai menu makanan yang Jihan bawa dari rumahnya.
Orang tua Jihan pemilik sebuah rumah makan, dan Jihan juga cukup pandai memasak. Setiap sore, jika ada waktu luang, Jihan akan datang ke rumah Abil dengan membawa satu rantang makanan.
Keduanya sudah bersahabat cukup lama. Jihan tahu betul kebiasaan Abil setelah ditinggal mandiri oleh keluarganya. Lantaran tak begitu pandai memasak, Abil lebih sering mengkonsumsi makanan nirnutrisi. Hal itu membuat Jihan khawatir, jelas saja. Terlebih beberapa bulan ini Abil tampaknya sering mengalami masalah pencernaan yang serius.
"Entar ini gue taruh di kulkas. Besok pagi lo bisa panasin lagi buat sarapan. Terus, gue udah siapin telur sama bahan masakan yang lain juga. Ada banyak menu makanan yang bisa dengan mudah dimasak, enggak cuma mi instan doang. Lo bisa tanya mantan pacar gue apa aja resepnya."
"Serius lo punya mantan pacar?"
"Punya. Mas Gugel."
"Seriusan juga!" Iseng, Abil mendaratkan ujung sendok yang digenggamnya tepat di kepala Jihan.
Seraya mengelus kepalanya yang jadi sasaran iseng Abil, Jihan hanya memarkan deretan gigi putihnya yang rapi. "Oya, Bil. Metta tadi nyuruh gue ke rumahnya. Kayaknya dia ada problem deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
DISARRAY (RETAK)
Teen FictionAbil Naufal tahu kalau hidupnya tidak diinginkan. Bagaimana ia ditinggal sendiri dengan dalih agar hidup mandiri, menjadi bukti kalau keluarganya tidak menginginkan kehadirannya. Kendati begitu, Abil punya banyak sahabat yang selalu menjadi alasan i...