Happy reading ^^
Yang namanya perempuan pantang diberi perhatian. Kalau sudah ketagihan dia enggan untuk melepaskan seseorang itu. Apa lagi kata nyaman sudah menjadi profokator.
Seperti halnya gadis yang satu ini. Tanpa sengaja, minggu siang di sebuah Mall. Ia bertemu dengan pria yang sudah berdomisili di dalam hatinya sejak beberapa hari lalu.
Tanpa membuang- buang waktu Jingga memanfaatkan pertemuan itu. Untuk lebih dekat dan kenal dengan lelaki tampan berwajah menawan, serta senyum manis bikin ketagihan. Uuh, gemes!
Saat ini mereka duduk di kursi bundar berwarna hijau daun, milik salah satu gerai minuman terletak di lantai tiga. Posisi berhadapan membuat Jingga menang banyak. Ia dapat memandangi ketampanan Zyan yang ngangenin pake banget secara dekat.
"Jakarta itu kecil ya Pak, kita jadi ketemu lagi,"
ujar gadis itu senang. tanpa mengalihkan sedikit pun pandangan matanya."Lagi ada janji sama seseorang?""Nggak ada sih, saya ke sini untuk membeli sesuatu, kebetulan hari ini libur," ujarnya.
"Kalau kamu ada urusan apa di sini?"Jingga tidak langsung menjawab. Ia masih saja menikmati dengan detail lekuk wajah Zyan. Yang sedang di tumbuhi bulu-bulu halus di bagian rahang serta berkumis tipis. Memberikan kesan kelaki-lakiannya yang sempurna.
Gemes! Ingin sekali merasakan sentuhan pada bulu-bulu yang tampak sembraut di rahang kokoh pria itu. Ia penasaran apa akan memberikan tusukan kasar seperti sikat wc atau mungkin lembut bak bulu kucing. Yang pasti dia ingin sekali menjambaknya.
Jingga terkekeh dalam hati. Apa mungkin ini yang disebut hukum alam yang sesungguhnya. Jatuh cinta di saat tidak ingin mencinta.
"Aku juga lagi cari bahan untuk tugas kelompok, sekalian liat-liat model baju yang baru, sama aksesoris yang aku butuhin. Eh, tahunya ketemu Bapak di sini, seneng deh!" ungkapnya.
Zyan tersenyum tipis sebagai respon. Di atas meja suda tersedia dua cangkir cofelatte, mereka menyeduhnya dengan nikmat.
"Bapak, jomlo ya?" tanya Jingga tanpa beban.
Mendengar pertanyaan itu kedua alis Zyan terangkat. Ia meletakan cangkir itu kembali ke atas meja.
"Kenapa memangnya?"Jingga nyengir.
"Jelas banget soalnya."Zyan ketawa ngakak,"Wah, begitu ya, tapi kamu ke sini nggak membuntuti saya kan?" selidiknya.
"Iih nggaklah, meskipun Bapak tampan, aku nggak akan gitu-gitu banget kok, kata guru stalker itu kan nggak baik, mengganggu privasi orang lain itu tindakan kriminal" bela Jingga, ia sadar tengah berbohong demi menjaga harga diri. Karena sebelum ini dirinya memang sudah lebih dulu cari tahu keberadaan Zyan dan semua tentangnya di sosmed, cukup dia dan Tuhan saja yang tahu, oh iya jangan sampai lupa sahabatnya juga.
Zyan meanggukan kepala setuju dengan ajaran dari guru Jingga.
"Mau nonton, Pak?"
"Apa?" kaget Zyan dengan sifat gadis SMA itu yang terlalu ceplas ceplos.
"Nonton, ada film baru rilis minggu ini, cocok banget kalau kita nonton, sayang kan hari libur Bapak di lewati dengan percuma."
Zyan masih belum lepas dari rasa tidak percaya. Seorang gadis belia seperti Jingga berani memberi tawaran padanya. Menarik! Pikirnya
"Kamu nggak takut ngajak saya nonton, padahal kita belum saling kenal."
"Loh, bukannya kemarin itu kita udah berkenalan secara resmi, Bapak lupa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, I'm JINGGA
Teen FictionCover by @Lilinbening '''"Aku gak mau jadi adik, Bapak!"''' Zyan meangkat alisnya sebelah. "Lalu?" "Aku mau bapak melihat aku sebagai seorang wanita, bukan adik." Zyan tertegun. Memandang lekat pada Jingga, seorang gadis muda berseragam SMA, sedan...