Jam istrihat, Jingga duduk santai di tepi-tepi koridor sekolah. Satu tangannya sibuk memilin-milin ujung rambutnya yang di kuncir. Sembari memandang pada lapangan basket tengah ramai oleh para siswa dan siswi.
"Jingga!"
Panggilan seseorang mengundangnya untuk menoleh.
Gadis itu mengerutkan dahi. Matanya menemukan sosok seorang pemuda berjalan mendekat. Wajah rupawanya hampir menyamai patung yunani. Tak lupa memamerkan senyum pamungkasnya. Bahkan, siswi-siswi yang ia lewati terlihat tak bisa bernafas sesaat, saking beningnya wajah itu pemuda."Ya, ada apa Vin?" tanyanya bernada datar.
Dia Kevin Andeska, cowok yang begitu memiliki banyak fans. Tidak hanya memiliki otak encer. Jabatan sebagai ketua osis pun ia sandang, selama dua tahun berturut-turut.
Kevin sudah mengambil duduk di sisi Jingga.
"Aku cariin kamu kemana-mana, ternyata di sini," terangnya tersenyum."Cari gue? Buat apa?"
"Kangen!" ujar Kevin di ikuti cengegesannya.
Jingga menghembuskan nafas jengah. "Becanda mulu lo!"
"Kenapa? Gak boleh aku kangen ama kamu?" ungkap Kevin memandang Jingga dari samping.
Gadis itu mengedikan kedua bahu acuh. Kupingnya terasa geli mendengar cowok itu memakai kata aku dan kamu."Tumben sendirian, Nayla ke mana? Biasanya kalian nggak pernah terpisahkan." Kevin mencoba memecahkan keheningan.
"Lo nyari Nayla? Barusan dia ke kantin, cari aja ke sana gih," ujarnya sedikit bernada ngusir.
"Siapa yang nyariin Nayla, aku nyariin kamu kok!" tegasnya. Membuat Jingga menautkan kedua alisnya bingung.
Jinggi risih duduk berduaan dengan Kevin. Ia tidak ingin mendapat masalah. Karena setelah cowok ini datang menghampirinya, perang dingin kembali terjadi. Antara dirinya dengan fans-fans bodoh Kevin. Termasuk musuh bebuyutannya.
Irenia!
Kenapa masalah mereka
tidak kunjung selesai. Ya, ini salah satu penyebab masalahnya. Kevin! Si patung yunani kuno yang minta di musiumin.Jingga memutar isi kepala cantiknya. Mencari cara untuk bisa mengusir pemuda itu. Namun, ditengah-tengah kesibukanya. Kevin kembali mengucapkan beberapa kalimat dari neraka.
"Nanti sore kamu ada waktu? Kita jalan yuk."
Mati gue! Jingga mengusap-ngusap tengkuknya. Mengabaikan pemuda itu.
"Jingga?
Jingga mengulas senyum terpaksa.
"Iya, Vin? Emang mau ke mana?""Nonton, aku udah beli dua tiket, buat kamu satu, aku satu," terangnya menunjukan dua tiket ke hadapanya.
Jingga memandang kedua tiket itu. Ada sesuatu yang mengusik, saat ia membaca judul Film yang tertulis di sana.
"Lah, itu kan udah gue nonton bareng si Bapak kemaren," batinnya.
Jingga sibuk mencari alasan. Masa dia harus nonton film itu lagi? Sepulang sekolah nanti, dirinya juga memiliki janji bertemu dengan Zyan. Ia tidak ingin membuang kesempatan berharga itu. Apa pun akan ia korbankan asal bertemu dengan calon bapak anak-anaknya kelak.
"Gimana Jingga, kamu mau kan?" tanya Kevin dengan suara lembutnya. Lesung pipinya ketika tersenyum berhasil mengusik roh yang sedang bersantai di atas ubun-ubun.
"Ganteng sih, imut. Tapi sayang gak sebanding dengan kegantengan si Bapak dan hati gue udah dijeruji besi berlapis emas ama dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, I'm JINGGA
Teen FictionCover by @Lilinbening '''"Aku gak mau jadi adik, Bapak!"''' Zyan meangkat alisnya sebelah. "Lalu?" "Aku mau bapak melihat aku sebagai seorang wanita, bukan adik." Zyan tertegun. Memandang lekat pada Jingga, seorang gadis muda berseragam SMA, sedan...