"JINGGA!"
Suara lantang dari seorang siswi berdiri di ambang pintu kelas 12A. Berhasil mengusik gendang telinga para penghuni.
Dia Irenia, musuh bebuyutan Jingga. Yang selalu pantang menyerah untuk memberi perlawanan padanya.
Tidak ingin mendapat masalah, Jingga sudah lebih dulu bersembunyi di balik meja, di antara teman-temannya yang sedang duduk kelompok. Kebetulan mereka sedang membahas sebuah tugas dari guru. Meja-meja itu di rapatkan serta dibantu oleh tubuh-tubuh mereka menyembunyikan sosok Jingga dari Iren.
"Mana dia!" Teriak Iren murka.
Seolah tidak mendengar. Semua siswi di kelas itu berpura-pura tuli. Seakan tidak ada siapa-siapa. Karena percuma juga mereka meladeni siswi yang sudah terkenal dengan kegarangannya.
Di bawah meja itu, Jingga was-was dan berdoa supaya rival bebuyutannya, tidak menemukan dirinya. Dia yakin kenapa Iren seperti itu. Tidak lain tidak bukan pasti karena Kevin. Ya, cowok itu penyebab semua masalah yang menimpa dirinya. Ih nyebelin!
Apa lagi si oppa oppa korea itu sudah mengatakan cinta padanya ketika di bioskop. Sungguh menyebalkan! Di kasih hati minta jantung. Tapi beruntung jantung hati Jingga sudah diikat rapat oleh pak polisi tampan, memiliki senyum menawan. Serta bulu-bulu halus yang tampak sembraut, namun gemesin minta di belai. Jadi dia tidak bisa memberikan hatinya pada Kevin begitu saja.
Lagi-lagi Jingga terbayang wajah menawan Zyan. Ia menggeleng-geleng kepala untuk membuang isi kepala cantiknya dari si pemili cinta pertama.
Ah, cinta pertama yang kandas sebelum berbunga. Uuh perih!
"Kanvret! Jingga. keluar lo!"
"Tukang Tipu! pembohong! Keluar Lo!"
Iren semakin kesel. Tidak ada wujud Jingga yang terlihat oleh matanya. Dengan hati dongkol ia keluar dari kelas.
Satu teman Jingga bernama Wati. Berlari keluar untuk melihat keadaan.
"Udah aman, Ji!" ucapnya yakin.
Jingga keluar dari persembunyiannya, mengatur pernafasan yang terasa sesak.
"Huuff. Terima kasih ya, Guys!" ucapnya lega sembari duduk di kursi. Semua siswi itu meanggukan kepala.
Pertikaian Jingga dan Irenia seperti sudah sarapan pagi bagi penghuni sekolah, bahkan kepala sekolah pun ikut merasakan dampak dari permusuhan mereka.
"Nanti pulang sekolah, lo pakai sweater gue aja, Jingga. Biar nenek lampir itu gak nemuin lo," ujar Novi yang sedikit gemuk memberi solusi.
"Iya, nanti kita sama-sama saja keluarnya, biar Jingga tetap aman, terus langsung naik Motor Nayla." lanjut Nina menatap Nayla dan diterima anggukan setuju yang lain.
Jingga memandang satu per satu temannya terharu. Meski dirinya memiliki satu musuh tak terkalahkan, setidaknya ia memiliki seribu teman yang perhatian.
Ini patut di syukuri!
****
Sudah dua hari Jingga berhasil menghindari Iren. Walaupun begitu, rasa lelah membuat ia tidak bisa konsen dalam belajar. Di tambah, desakan dari Kevin menunggu jawaban darinya. Membuat ia semakin kewalahan.
"Jingga, ini aku bawakan makan siang untuk kamu," Kevin menyodorkan sebungkus nasi kotak lengkap dengan lauk pauknya serta minuman teh botol dingin.
Jingga memandang males makanan yang di bawa Kevin. Lalu membuang muka ke arah lain.
"Ayo dimakan, Ji." Suruhnya manis, Jingga diam sambil menghela nafas jengah.
"Kenapa? Kamu gak suka sama makanannya?" tanya Cowo berwajah bening itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, I'm JINGGA
Ficção AdolescenteCover by @Lilinbening '''"Aku gak mau jadi adik, Bapak!"''' Zyan meangkat alisnya sebelah. "Lalu?" "Aku mau bapak melihat aku sebagai seorang wanita, bukan adik." Zyan tertegun. Memandang lekat pada Jingga, seorang gadis muda berseragam SMA, sedan...