Tapi cerita ini akan berlanjut pada cerita lain, tentang percintaan adiknya pak polisi. Yaitu Irenia. Semoga kalian juga mau mengikuti kisah Iren. Hehehe...😉Oh ya, yang ingin berteman dengan ku di IG, cari aja nama @Arnevadwi. Trims ^_^
Selamat membaca!
.....................->
Menjalin hubungan bertahun-tahun bukanlah hal yang mudah, apa lagi antara dua orang manusia yang berbeda karakter. Sifat dan sikap. Berbagai persoalan masalah, konflik, pertengkaran dan aneka tantangan yang mereka hadapi. Walau begitu tidak sedikitpun rasa sayang dan cinta mereka menghilang bahkan pudar di telan masa. Rasa sayang dan cinta itu malah semakin kuat tumbuh di hati masing-masing pemilik. hingga waktu yang di tunggu-tunggu pun sudah di depan mata.
Pesona yang indah dari hiasan putih dinding-dinding rumah, serta tamu undangan satu persatu mulai berdatangan. Suasana ramai namun sopan di iringi alunan musik slow motion menambah kemeriahan acara itu sampai waktu pengucapan ijab kobul terlaksana.
Di kamar, Kirana memandangi putri sulungnya yang sudah di hiasi oleh makeup serta gaun berwarna peach berlengan panjang, tak kalah mahkota yang sudah terlilit rapi di atas kepalanya.
"Anak Bunda cantik sekali," ungkap Kiran takjub.
Jingga tersenyum manis di hadapan Ibunda tercinta, berdiri berhadapan saling melempar pandang lembut penuh sayang.
"Terima kasih, Bunda."Kirana tersenyum lalu manggut, sembari menarik nafas dalam tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun dari putrinya.
"Ya Tuhan, gak terasa waktu begitu cepat berlalu, putri kecilku yang dulu kini sudah tumbuh dewasa."
Kirana melihat dirinya yang dulu pada diri Jingga, yang saat ini sedang berdiri di hadapannya. Sebuah ingatan terlintas di benaknya.
"Papa? Apa seperti ini yang papa rasa kan dulu sebelum Kiran menikah. Perasaan sedih, cemas, bahagia, bercampur menjadi satu. Pa? Apa seperti ini yang papa rasakan dulu. Rasa takut kehilangan yang teramat besar di dalam hati, rasa yang amat berat untuk melepaskan dia pada orang lain, Kesusahan Menahan air mata yang ingin sekali keluar, menahan isakan yang menyakitkan dada...."
"...Maafkan Kiran ya, Pa. Karna baru bisa merasakan apa yang Papa rasakan dulu."
Setetes air bening jatuh begitu saja dari pelipis matanya. Buru-buru Kirana menghapus, namun sedikit terlambat. karena satu Jari Jingga sudah lebih dulu tiba di sana. Dengan pelan gadis itu menghapusnya.
"Bunda, jangan nangis," ucapnya sedih.
Kirana menarik nafas berulang kali dan memaksakan bibirnya untuk tersenyum.
"Maaf sayang, Bunda nggak bisa menahannya.""Nggak apa-apa. Bunda," jawab Jingga tersenyum sembari menggeleng-geleng kepala.
Dia cukup mengerti dengan apa yang di rasakan orang tuanya. Karena dirinya sendiri juga merasakan sesuatu yang aneh di dalam hati. Sesak!
Jingga melangkah kedepan dan memeluk tubuh Kirana yang selama ini sudah berjasa di dalam hidupnya. Orang tua, guru serta sahabat bagi Jingga. Bunda yang baik juga lembut yang teramat sangat sayang kepadanya, tanpa ada yang bisa menandingi oleh siapapun.
"Bunda, terima kasih udah jadi orang tua Jingga, terima kasih atas semua yang Bunda beri untuk Jingga, kasih sayang Bunda selalu Jingga rindukan, Bunda gak akan tergantikan, Bunda selalu ada di hati Jingga, maafin Jingga ya, Bun. Kalau selama ini Jingga selalu menyusahkan, bandel, selalu gak mau dengar omongan Bunda, maafin Jingga belom bisa bahagiain Bunda dan Ayah, belum bisa balas satu persatu jasa Bunda dan Ayah, tapi Jingga janji, Jingga akan—"

KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, I'm JINGGA
Novela JuvenilCover by @Lilinbening '''"Aku gak mau jadi adik, Bapak!"''' Zyan meangkat alisnya sebelah. "Lalu?" "Aku mau bapak melihat aku sebagai seorang wanita, bukan adik." Zyan tertegun. Memandang lekat pada Jingga, seorang gadis muda berseragam SMA, sedan...