Hampir setiap pagi Jingga menyiapkan bekal untuk Zyan. Sampai dia bela-belain bangun lebih awal untuk memasak nasi goreng handalannya. Resep turunan dari Bunda tercinta.
Kirana merasa senang bila putri sulungnya tiba-tiba saja meminta ajari memasak. Namun, namanya seorang ibu pasti tahu aroma perbedaan tingkah anaknya yang tidak biasa.
Kirana memandang putrinya itu dengan raut penasaran. Apa gerangan yang membuat Jingga begitu semangat memasak.
"Memangnya bekal itu untuk siapa, Kak?"
"Untuk Kakak donk Bunda."
Kirana sedikit tidak percaya. Tapi dia berusaha meyakinkan putrinya, ia hanya beroh ria. Dia sangat ngerti dengan gelagat yang di keluarkan oleh Jingga. ceria, senang, bahagia, dan suka senyum-senyum sendiri.
Terkadang mirip seperti cuaca, pendiam secara tiba-tiba. Heboh secara tiba-tiba, persis seperti orang yang sedang jatuh cinta. Secara Kirana juga pernah merasakan itu sebelumnya. Sewaktu dia mulai menyukai Yovan, saat ini sudah menjadi suaminya.
"Adek, mau nambah?"
Tawar Kirana pada Kiyo. Si bocah kecil itu mangut-mangut sebagai jawaban.
"Masakan Kakak enak gak, Dek?" tanya Jingga berbicara dengan raut wajah penasaran Kiyo yang sedang menyuapi nasi ke mulutnya. Kembali mangut-mangut.
"Iya, enak!"
Jingga sumringah. Telapak tangannya di naikan satu ke ujung kepala Kiyo sambil mengusap pelan dan kembali menyantap makanannya.
Berbeda dengan Kirana yang masih penasaran. Pandangannya tidak putus pada Jingga. Dia mau bertanya sesuatu namun diurungkan. Ia tidak ingin merusak suasana hati putrinya. Rasa penasaran itu di curahkan pada Yovan. Saat ini sedang serius menikmati nasi goreng buatan putrinya.
"Bang, Jingga agak aneh belakangan ini, kenapa ya?" bisiknya pelan hanya Yovan yang bisa mendengarkan.
"Kenapa memangnya, Sayang?"
"Masa Bang Yo gak peka sih, liat tuh anakmu, suka senyum-senyum sendiri, terus pengen banget diajari memasak."
Yovan tergelak.
"Anak pengen pintar masak kok di curigain sih, harusnya seneng donk, istriku!"Kirana kesel dan mencubit pinggang suaminya.
"Ini beda Suamiku tersayang, gak seperti biasanya!"Yovan masih meringis kesakitan akibat cubitan semut dari Kiran.
"Ya udah, tanya donk ke anaknya, biar gak penasaran.""Takut."
Yovan kembali ketawa.
"Sama anak sendiri takut!""Bukan takut hal itu, takut aja nanti dia jadi menghindar gara-gara aku terlalu kepo."
Yovan dan Kirana sama-sama memperhatikan putri mereka tengah menikmati sarapan di kursi seberang meja yang tampak berseri-seri. Orang yang diperhatikan menyadari. Jingga menatap satu per satu orang tuanya.
"Ayah sama Bunda kenapa, aneh gitu?"
"Kakak nggak mau berbagi cerita sama Bunda?"
Gadis belia itu mengernyit sambil mikir,"Cerita? Mang Bunda mau denger cerita apa?"
"Apa aja."
"Mmn...apa ya? nggak ada deh, Bun."
Seketika itu Kirana langsung lesu mendengar jawaban yang tak sesuai harapannya.
"Oo, iya deh."Yovan seakan mengetahui perasaan istrinya, ia berusaha mengalihkan obrolan antara ibu dan anak itu,"
"Lanjutin sarapan aja yuk, nanti telat berangkat sekolahnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, I'm JINGGA
Ficção AdolescenteCover by @Lilinbening '''"Aku gak mau jadi adik, Bapak!"''' Zyan meangkat alisnya sebelah. "Lalu?" "Aku mau bapak melihat aku sebagai seorang wanita, bukan adik." Zyan tertegun. Memandang lekat pada Jingga, seorang gadis muda berseragam SMA, sedan...