Semesta sedang berkata lain padaku, Mungkin semesta membenci, menghukum karena sudah menyakiti seorang yang kusebut sebagai cinta. Bahkan angin pun enggan untuk menyapa.
Dia tangisan terberatku, dia salah satu cahaya terang yang baru saja menyinari ruang yang hampa. Tapi, itu kembali redup, Karena dia memilih pergi.
Aku terlalu lambat menyadari, kalau dia sesuatu yang paling berharga, terlalu lambat mengakui kalau hati ini selalu padanya.
....................
Jingga, nanti pulang sekolah aku tunggu di gerbang.
Iya
Balasan terakhir dari gadis itu.
Hembusan panjang keluar begitu saja dari bibir pria berseragam polisi yang tengah duduk menyandar pada salah satu tiang bangunan yang berdiri di pinggir lampu merah Jakarta Barat. Seolah hanya tubuhnya saja yang berada di sana, sedangkan pikiran melayang ke sana ke mari.
Kalau ditanya pengalaman tentang wanita padanya mungkin tak banyak, tapi baru kali ini Zyan menganggap serius sebuah hubungan. Serius menanggapi sebuah rasa. Ia juga tak menyangka akan seperti ini. Hatinya jatuh pada seorang gadis SMA.
Jika berbicara masalah umur antara dirinya dan Jingga, cukup beda jauh. Tapi gadis itu tak pernah mempermasalahkan. Kalau dipikir-pikir di luar sana banyak yang menjalin hubungan dengan berbagai usia. Wanitanya yang lebih tua dari lelaki, ada juga lelakinya yang berjarak 10 tahun lebih dari sang wanita. Bahkan ada berita pernikahan antara guru dan murid. Dosen dan mahasiswa. Itu sudah biasa 'kan?
Sekarang yang jadi permasalahan yaitu perjodohan. Ah! Padahal kebiasaan kuno zaman dulu satu per satu sudah terpatahkan oleh zaman, tapi kenapa perjodohan selalu menjadi alternatif tercepat untuk mendapatkan pendamping. Bukankan itu terlalu memaksakan. Meskipun begitu Zyan terlalu takut untuk menentang keinginan orang tua.
Untuk saat ini ia hanya perlu menjelaskan semuanya pada Jingga dan juga Zyan ini memperjelas hubungannya dengan gadis itu.
Alih-alih membuang pikiran tentang Jingga, sebuah klakson mobil sedan putih yang berhenti tepat di hadapannya. Dikendarai oleh seorang wanita muda, cantik bahkan tampak anggun oleh busana yang ia kenakan, kini tersenyum memandang Zyan dengan wajah bahagia.
"Halo Pak Pol, sudah waktunya makan siang bukan? Kebetulan aku juga butuh seseorang untuk ditemani."
Sedikit terkejut atas kedatangan wanita yang tak terduga. Zyan pun juga sadar karena tak bisa menolak tawaran itu. Jika dipikir-pikir lagi kenapa tidak sedikitpun wanita cantik serta dewasa ini masuk dalam pikirannya, padahal dibanding Jingga hanya gadis SMA yang manja, wanita ini lebih dulu masuk dalam kehidupannya.
"Biar saya yang nyetir." Wanita di dalam mobil meanggukkan kepala dan berpindah duduk ke sisi sebelahnya. "Pengen makan siang di mana?"
"Aku ikut kamu aja, silakan bawa ke mana pun," ucapnya dengan senyum manja dan berharap pria disampingnya merespon.
Dengan senyum apa adanya Zyan membalas,"Oke!"
Oh kenalin ini wanita yang telah dijodohkan untuk Zyan oleh orang tuanya. Bahkan perjodohan pun sudah berjalan cukup lama. Meski hubungan mereka masih dikatakan berteman. Lebih tepatnya masih percobaan dalam mengenal satu sama lain. Ini pertemuan yang ke 30 kali. Meski begitu Zyan tak pernah merasa happy seperti ia bertemu dengan Jingga yang masih bisa dihitung dengan jari.
"Udah lama nggak ketemu, kamu masih dingin aja ya, Yan? Aku kira ada perubahan meski sedikit."
Zyan menoleh sebentar,"Perubahan seperti apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, I'm JINGGA
Novela JuvenilCover by @Lilinbening '''"Aku gak mau jadi adik, Bapak!"''' Zyan meangkat alisnya sebelah. "Lalu?" "Aku mau bapak melihat aku sebagai seorang wanita, bukan adik." Zyan tertegun. Memandang lekat pada Jingga, seorang gadis muda berseragam SMA, sedan...