Dua jam lamanya Jingga dianggurin oleh calon ibu mertua. Apa segitu tak sukanya atau ada hal lain? Pikiran Jingga semakin kalut. Di tambah debaran jantung membuat ia tak tenang. Selama itu ia hanya di temani Irenia. Sedangkan Zyan masih berbicara di dalam dengan mamanya.
"Tampilan elo oke juga ya," puji Irenia.
"Terima kasih."
"Elo gugup?"
"Sedikit!"
Irenia memandang Jingga keseluruhan, lalu ia berdehem,"Mulai dari sini elo harus siapin mental yang kuat."
Gadis cantik itu melongo,"Kok gitu?"
"Ya, karena nyokap gue agak..."
Kalimat yang tak lengkap itu membuat Jingga semakin tak tenang. Apa lagi kemunculan ibu mertua yang tiba-tiba dari belakang membuat jantungnya semakin memompa kencang.
Menghela nafas dalam lalu dihembuskan perlahan, tapi keberadaan Zyan yang memilih duduk di sisinya membuat Jingga sedikit tenang.
Sosok pada umumnya seorang ibu, hangat, penyayang dan lembut, itu isi pikiran Jingga sebelumnya. Namun setelah berhadapan langsung itu jauh dari bayangannya.
Judes, galak, tatapan mata yang menindas mental, komplit deh pokoknya. Jadi ini yang di maksud Irenia tadi. Seharusnya Jingga menguatkan hatinya sejak tadi.
"Bisa apa kamu untuk membahagiankan putra saya?"
Too the poin!
sinis, penilaian pertama terhadap calon mertua.
Jingga menatap Zyan sekilas. Lalu kembali memandang Lisa."Maksud tante apa, aku gak ngerti."
"Masa itu aja kamu gak ngerti sih, maksud saya itu, kamu bisa lakuin apa aja untuk putra saya, sampe segitunya dia milih kamu, dan menolak wanita yang saya jodohin!"
Ooh, Jingga beroh ria di dalam hati sambil tersenyum dan sempat merasa bangga pada dirinya.
"Yang pastinya cinta saya besar untuk anak tante.""Cuma Cinta?" ulang Lisa syok. Di ikuti ketawa geli Irenia yang masih duduk di sisi kirinya. Zyan hanya manggut-manggut setuju dengan jawaban kekasih tercinta.
Lisa memijit melipis matanya sebelum berbicara lagi.
"Ah, bocah!" gumamnya. Lisa kembali memandang Jingga dengan tatapan lelah sekarang.
"Kamu itu masih muda, masa depan cemerlang jika di jalani dengan benar. Kenapa mau sama yang tua kayak Zyan? Masih banyak laki-laki lain yang lebih muda dan hebat, kamu nggak bakal menyesal?"Jingga kembali menoleh pada Zyan, Pria itu hanya tersenyum tipis.
"Siapa bilang mas Zyan tua, nggak kok, kalau ada yang bilang paling matanya katarak, tante."Lisa ternganga mendengar jawaban yang terdengar enteng itu. Sedangkan Irenia kembali ketawa ngakak dan memilih berdiri dari sana.
"Mama, udah ya, introgasinya sampe di sini saja, yakin deh pilihan Kakak itu nggak pernah salah," potong Iren memijit-mijit pundak mamanya pelan. Zyan mengacungkan jempol pada adiknya.
"Diam kamu! Mama belum selesai!"
"Iya iya!" nyerah Irenia manyun dan kembali duduk dengan baik.
Sebagai orang tua tentu Lisa menginginkan yang terbaik untuk putra putrinya. Bukan berarti gadis di hadapannya ini tidak baik, hanya saja ia ingin memiliki menantu lebih cepat, dan itupun harus wanita dewasa bukan anak remaja yang belum puas mengahabiskan masa muda.
"Kamu bisa masak?"
"Kalau belajar sih bisa, tante."
"Harus bisa donk, udah belajar masa belum bisa juga, bodoh banget! maksud saya diumur kamu yang sekarang udah bisa apa aja, Seorang perempuan akan menjadi seorang istri, seorang ibu, tentu harus bisa semua, salah satu memasak, di rumah kamu nggak pernah di ajarin memasak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, I'm JINGGA
Novela JuvenilCover by @Lilinbening '''"Aku gak mau jadi adik, Bapak!"''' Zyan meangkat alisnya sebelah. "Lalu?" "Aku mau bapak melihat aku sebagai seorang wanita, bukan adik." Zyan tertegun. Memandang lekat pada Jingga, seorang gadis muda berseragam SMA, sedan...