Tepat pukul tiga sore mobil Jeep hitam sedang memasuki halaman rumah dua tingkat yang dikendarai Irenia. Setelah tiba di garasi ia tak langsung turun. Bayangan pengakuan cinta Jingga masih tertinggal. Tak menyangka dan sedikit tidak percaya. Cewek kayak Jingga bisa begitu besar rasa suka pada kakaknya. Padahal kalau dilihat dari manapun Zyan tidak begitu menarik, pikirnya!
Lagi enak-enak melamun, suara melengking milik mama tercinta mengagetkannya.
"Kamu lagi apa sih, kenapa lama-lama didalam mobil, dipanggilin nggak nyaut-nyaut?" seru Lisa rasa emosi. Gadis di dalam mobil itu hanya menyeringai tak bersalah."Nggak lagi apa-apa, Mama!"
"Terus ngapain di situ, masuk!"
"Iya Ndoro!" Setelah keluar dari mobil Irenia ngacir begitu saja menuju kamarnya di lantai dua.
"Mau ke mana kamu?"
Mendengar suara tak sedap dari Lisa membuat Irenia menghentikan langkahnya, "Ke kamar,Ma."
"Siap suruh ke kamar, sini Mama mau ngomong."
"Ngomong apa lagi sih," gerutunya.
"Jangan banyak tanya, sini!" Gadis belia itu tak sanggup lagi melawan, ia nurut hingga duduk di atas sofa creme tepat di hadapan mamanya. "Anak perempuan bersama Kakak kamu tadi siapa?"
"Jingga?"
"Namanya?"
"Iya Jingga."
"Kamu kenal?"
"Satu sekolah sama Iren."
"Oooo...jadi kamu yang ngenalin dia ke Kakak kamu, makanya kalian pergi liburan bareng ke ancol," nada suara Lisa semakin tinggi, ia ingin sekali mengomeli putri bungsunya, "Maksud kamu apa si Ren, kamu mau menentang Mama, kan kita udah sama-sama tahu kalau Kakak kamu udah di jodohin, kenapa masih juga nyomblangin sama teman sekolah kamu yang masih bau kencur itu!"
"Ya ampun Mama, mana mungkin Iren yang ngenalin mereka!"
"Terus siapa? Mana mungkin Zyan bisa kenal sama anak SMA kalau bukan dari kenalan adeknya."
Iren mencoba menahan emosinya karena tak suka di tuduh,"Mana Iren tahu Kakak kenal di mana dan dari siapa, yang Iren tahu mereka udah kenal duluan, ke ancol juga Kakak yang maksa ngajakin aku."
"Mama benar-benar pusing lihat tingkah kalian berdua, ada aja alasannya," keluh Lusa memijit pelipis mata, "Punya anak laki satu-satunya malah begini, dicariin calon istri yang sepantaran, malah pacaran sama anak SMA, Kakak kamu niat nikah nggak sih."
"Kok ke Iren Mama ngeluhnya, ke Kakak donk!"
Lisa sudah tak mau tahu lagi, ia bangun dari duduknya dengan hembusan nafas jengah,"Bilang ke Kakak kamu, kalau mau jadi bujangan tuir, terusin aja hidup kayak gitu."
"Lagian kan Kak Zyan masih 25 tahun, Ma. Belum tua-tua banget, Mama sih terlalu terburu-buru buat jodohin, nikah umur 30 an juga masih bisa kok."
Lisa berbalik arah menuju putrinya duduk,"Oo jadi kamu belain Zyan dari pada Mama, ooo...jadi ini maksudnya kamu kenalin dia sama teman SMA kamu, gitu, mau nentang Mama?" ucap Lisa bersidekap tak suka dengan mata melotot, "Mau Mama hapus nama kamu dari kartu keluarga, Irenia? Dan sana cari di luar Mama baru."
Gadis manis itu ternganga melihat reaksi mama tercinta,"Nggak, Ma. Ampun! Iren salah ngomong."
.
.
.
.
.
Kirana tengah menaiki anak tangga menuju kamar putrinya. Lalu mengetuk pintu itu dua kali ketukan. Sejak siang tadi hingga malam sang empu kamar belum menunjukan batang hidung sampai membuat ia kuatir. Bagaimana tak kuatir, tiba-tiba saja putrinya pulang dengan wajah sedih setelah izin pergi dengan teman yang awalnya memiliki hubungan pertemanan tak wajar. Hal itu semakin membuat ia penasaran dengan apa yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, I'm JINGGA
Teen FictionCover by @Lilinbening '''"Aku gak mau jadi adik, Bapak!"''' Zyan meangkat alisnya sebelah. "Lalu?" "Aku mau bapak melihat aku sebagai seorang wanita, bukan adik." Zyan tertegun. Memandang lekat pada Jingga, seorang gadis muda berseragam SMA, sedan...