Prolog

560 37 14
                                    

Cerita ini didedikasikan untuk sahabat baikku. CathNPS. Dia yang semangat banget pengen saat aku masih nulis cerita ini di buku bekas.

Sekarang favorite mu sudah ku publish di Wattpad put.

'Bruk...'

Dihantam ke tembok membuat gadis itu mengerang pelan. Punggungnya terasa nyeri.

"Jangan sok kecakepan atau lo bakal lebih mampus dari ini!"

Segerombolan perempuan yang memukuli gadis itu keluar. Meninggalkannya sendiri.

Ia melenggang keluar dari kamar mandi dan pergi ke kelasnya. Bersyukur karena hari ini mereka hanya menamparnya. Jadi ia tidak perlu susah-susah mengobati lagi dan tinggal menutupi bekas tamparan itu dengan concealer¹.

Ia keluar dari kelas setelah selesai dengan acara memakai concealernya. Bergegas pulang karena sekolah sudah lumayan sepi.

"Rain belum pulang?"

Panggilan itu membuatnya menoleh ke arah pemilik suara yang bertanya padanya. "Eh, Bu Meta. Belum Bu, tadi masih ngerjain tugas. Sekarang baru mau pulang."

"Yasudah, hati-hati ya nak." ucap Bu Meta. "Iya Bu. Rain duluan ya," pamitnya.

Rainylia Lilian Putri. Gadis cantik dengan sejuta pesona yang ia miliki. Jujur, seluruh kaum Adam di sekolah menyukainya.

Mata hazel tajam nan belo yang dapat memikat siapapun yang melihatnya.

Alis tebal, hidung mancung, bibir tipis berwarna merah muda tanpa lipstik. Rambut ombre coklat alami yang terurai indah. Kulit putih bersih.

Semuanya sempurna.

Jalanan pulang ke rumahnya sepi seperti biasa. Hari ini hujan lagi, tapi itu tidak membuat senyumnya luntur.
Rain menyukai hujan. Menikmati setiap tetes hujan yang jatuh ke bumi. Menghirup bau hujan dalam-dalam dan menghembuskan nafasnya dengan lega.

Seakan setiap hembusan nafas itu adalah beban hidupnya.

Terlalu asik memikmati hujan membuat Rain lupa, di jalan itu masih ada orang yang lewat.

"Eh?" Dirinya terjungkal kebelakang setelah menghantam sesuatu. Lebih tepatnya menabrak seseorang yang lebih tinggi dan besar darinya.

Mata Rain menangkap seorang cowok yang memakai seragam sekolah yang sama dengannya setelah ia mendongak. Dan ini cukup membuat dirinya terkaget.

Kakak kelas, batinnya.

Kata-katanya langsung hilang saat matanya bertubrukan dengan mata pemuda bermuka datar seperti triplek yang ia tabrak tadi.

"Oh! Maaf ya kak, aku gak sengaja," katanya.

Pemuda itu diam. Merasa aneh berada di depan orang yang menurutnya aneh.

Rain mundur beberapa langkah. "Jangan main hujan ya kak. Nanti sakit."

Langkahnya perlahan menjauh dan semakin menjauh dari pandangan pemuda itu.

"Oh, kakak pake payung! Pokoknya jangan main hujan kak!" Rain benar-benar menghilang di balik derasnya hujan hari ini.

Pemuda itu menatap Rain aneh sesaat dan menggeleng pelan. Dirinya berjalan lagi dengan tenang dibawah payung hitam pekat yang ia pegang.

Siapa yang seharusnya diingatkan untuk tidak bermain hujan disini ?

- - - - - - - - - -

¹ Makeup yang berguna untuk menutupi bercak/ noda di wajah.

Hola guyssss!!!!!

Kembali lagi bersama diriku ini. Heheheee.

Permulaan yang bagus kah untuk bab kali ini? Semoga kalian suka dengan cerita baru ini.

Jangan lupa VOTE dan comment yaa.

Oh ya, dapet senyum manis dari Rain nih,

See you guys on the next chapter! Bubyeee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

See you guys on the next chapter! Bubyeee...

-Felicia-

Rain(y) Rei (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang