All i ever do is survive
Dirgatta Reihansel Wijaya
☔
""Hajar La!" "Jangan kasih ampun!" "Dia ganjen banget!" dan berbagai bisikan lainnya.
"Oh, oh, oh! Jadi sekarang si ganjen ini ngedeketin kak Rei!"
'Plak!'
Satu tamparan keras mendarat dengan mulus di pipi kanan Rain.
"La tadi pagi gue liat dia ganjenin kak Rei di parkiran!"
Lala mengepalkan tangannya. Tangannya bergerak menjambak rambut Rain kuat dan menamparnya.
"Kak Rei cuma milik gue! Sadar diri dong! Berapa banyak lagi yang mau lo tikung?!"
Rain dibanting sampai menabrak tembok yang membuat punggungnya nyeri.
"Girls! Kasih dia pelajaran!"
Ia langsung diterjang oleh seluruh anak buah Lala yang daritadi sudah menunggu seperti singa kelaparan.
Tidak peduli lagi tubuhnya ingin dipukul seperti apa. Rain sibuk melindungi kakinya tanpa mementingkan tubuhnya yang lain. Yang penting kakinya terlindungi. Kalau kakinya terluka , ia tidak akan bisa berjalan.
'Brakk!'
Mereka semua berhenti memukuli Rain. Menoleh kebelakang melihat siapa yang menganggu aktifitas mereka dan hendak memakinya. Tapi sedetik kemudian, mereka semua menegang.
Sial!
Bagaimana bisa Rei berada di sini? Kamar mandi ujung lorong 12 IPA sama sekali tidak pernah terjamah oleh siapapun.
Rahang Rei mengeras. Wajahnya datar tapi terlihat sangat mengerikan. Ekspresi yang sangat mematikan.
"Sp satu buat kalian semua! Bubar!!!"
Rain membelakkan matanya. Baru kali ini ia mendengar seorang Rei yang emotionless marah dan membentak.
Teman-teman Lala sudah lama pergi karena ketakutan. Lala masih saja memandangi Rain yang berusaha duduk dengan sinis.
"Awas lo! Liat aja nanti!" Ia menghentakkan kakinya dan pergi.
Rei menghela nafas menghampiri Rain yang terduduk. "Hai kak!"
Cengiran lebar miliknya disambut gelengan kepala Rei. Saat ini pun anak ini masih bisa tersenyum.
Rei berjongkok melepas jaket hitamnya dan memberinya pada Rain. "Pake, tutupin luka kamu. Ayo ke UKS."
Rain mengambil jaket hitam itu dari tangan Rei dan memakainya. Ia terkekeh menyadari tubuhnya yang tenggelam dalam jaket hitam Rei yang kebesaran untuknya.
"Aku bisa ke UKS sendiri kak." Rei malah nampak tidak peduli dan membantu nya berdiri.
Seluruh siswa-siswi menatap mereka aneh. Keluar dari toilet yang tidak pernah terjamah oleh siapapun dengan keadaan Rain babak belur. Tatapan itu seolah bertanya. Mereka kenapa?
Sesekali Rei menahan punggung Rain yang oleng dengan telapak tangannya. Walaupun kakinya dilindungi, tapi tetap saja terluka. Ditambah luka kemarin dan juga luka ditubuhnya sekarang. Rain sama sekali tidak bisa berjalan dengan benar saat ini.
"Kamu jalan aja mau jatoh terus. Gimana jadinya kalo tadi aku biarin sendiri?" bisik Rei. Rain diam tapi cengirannya kian melebar.
Rei menarik Rain masuk kedalam dan menuntunnya untuk duduk di blankar. "Duduk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain(y) Rei (COMPLETED)
Teen FictionRainylia Lilian Putri tidak pernah menyangka kalau hidupnya akan berubah setelah menabrak malaikat tak bersayapnya ditengah hujan. Dirgatta Reihansel Wijaya. Seorang kakak kelas yang dinginnya melebihi es kutub selatan, datar seperti triplek, dan...