Jika ada yang bertanya tentang kebahagiaanku, jawabannya simpel. Kamu.
Dirgatta Reihansel Wijaya
☔
Now playing: Youth - Shawn Mendes ft. Khalid.
Jangan lupa teken bintang di pojok kiri bawah biar aku senyum gaes.
Oh yaa,, btw, aku mau ngasih tau sesuatu.
Mungkin aku bakal absen dulu seminggu. Soalnya minggu depan aku udah ujian akhir dan harus fokus. Aku gak bakal on selama seminggu jadi mohon dimaklumi yaa.
Tapi kalau misalnya sempat, aku akan coba untuk update. KALAU SEMPAT.
Terimakasih untuk pengertiannya.
Happy Reading :)))
☔
"Masih sakit gak kepalanya?" tanya Rei cemas.
"Nggak, kak. Aku udah bilang berapa kali coba." Rain terkekeh geli. Ia mencondongkan tubuhnya ke depan. Mengambil potongan brownies yang baru saja ia buat.
Dari dulu Rain memang suka membuat makanan manis. Dan spesialisasinya adalah brownies. Di karenakan Ayah suka sekali dengan brownies dan Rain juga ikut ketularan.
"Oh ya." Omongan Rain yang sudah di ujung lidah menguap ketika Rei tiba-tiba memakan brownies yang ada di tangannya lagi. Yang baru saja ia gigit tadi.
"Males banget sih." Rain menjejalkan browniesnya ke mulut Rei sambil tertawa.
Sudah ia amati dari tadi. Rei itu sangat malas mengambil brownies padahal ingin makan. Jadinya ia malah terus-terusan memakan brownies yang ada di tangan Rain.
"Udah." Rei menangkap pergelangan tangan Rain yang terus saja menjejalinya sambil tertawa. "Tadi mau ngomong apa?"
"Oh itu," sahut Rain tiba-tiba. "Kakak gak ngapa-ngapain Lala kan?" Rain memicingkan mata.
Seperti kucing yang menatap anjing dengan sangar dan menguarkan aura permusuhan. Ingin mengajak ribut musuhnya.
"Biasa aja tatapannya." Rei menyentil kening Rain. "Aku gak ngapa-ngapain dia kok."
"Bohong." Bibir Rain mengerucut. Di iringi tangannya yang mencubit pinggang Rei. "Bohong. Bohong. Bohong."
Rei membiarkan saja Rain terus berkata bohong seirama dengan cubitan di pinggangnya. Toh cubitan gadis itu tidak sakit. Sungguh.
Dan juga lebih baik menunggu Rain lelah. Karena kalau berdebat dengan Rain sekarang, Rei yakin gadis itu akan menggunakan jurus puppy eyes.
Jurus yang biasanya tidak pernah ia tolak. Yang sering Mama gunakan untuk membujuknya.
"Udah capek?" tanya Rei setelah Rain menghentikan aksinya. Bibir Rain malah semakin maju setelah selesai. Membuat Rei gemas setengah mati.
"Aku D.O dia dari sekolah," kata Rei. Bisa ia lihat kalau mata Rain melebar. "Tunggu dulu," sahut Rei dengan tangan teracung sebelum Rain sempat berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain(y) Rei (COMPLETED)
Teen FictionRainylia Lilian Putri tidak pernah menyangka kalau hidupnya akan berubah setelah menabrak malaikat tak bersayapnya ditengah hujan. Dirgatta Reihansel Wijaya. Seorang kakak kelas yang dinginnya melebihi es kutub selatan, datar seperti triplek, dan...