Now playing : Little do you know - Alex & Sierra
Pastikan kalian cari tempat senyaman mungkin untuk baca epilognya. Karena ini adalah yang terakhir.
Akhir kisah dari Rain dan Rei.
Dan epilog kali ini, aku dedikasikan kepada kalian semua.
Yang mencintai Rain dan Rei.
Selamat membaca.
Semoga kalian berkenan.
Btw, jam berapa kalian baca ini?
☔
2 tahun kemudian,
Langkah kaki itu terdengar pelan saat masuk ke dalam. Dengan pelan pula pintu putih itu menutup.
Pemilik kaki jenjang itu terdiam beberapa saat di depan pintu. Ditemani seikat bunga peony di tangannya. Bibirnya membentuk senyuman tipis.
Pemuda itu berjalan mendekat. Mengganti bunga carnation yang ada di vas yang terletak di nakas dengan bunga peony yang ia bawa sebelum akhirnya duduk di samping blankar.
Senyum tipisnya masih juga belum luntur, masih setia menghiasi bibirnya. Telapak tangannya yang besar terjulur untuk menggenggam tangan mungil seseorang yang tengah terbaring lemah di blankar.
Ia bergerak menempelkan tangan mungil yang dingin itu di pipinya sebelum berbicara.
"Selamat siang, ice cream," sapa nya.
Tidak ada jawaban dari orang yang digenggam tangannya. Tapi pemuda itu tetap tersenyum. Walau tau yang lagi-lagi menemaninya kali ini tetap suara dari elektrokardiograf, bukan suara gadisnya.
"Kamu apa kabar?" tanyanya.
Jemari mungil gadis itu bergerak pelan, mengenai pipinya. Pemuda itu tidak menunjukkan respon yang kaget. Itu bukanlah sebuah perkembangan yang berarti.
Karena selama 2 tahun koma, Rain hanya terus menggerakkan jarinya ketika diajak bicara, tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan sadar.
"Hari ini aku lagi gak beruntung kayaknya."
Rei menarik nafas. Tetap mempertahankannya senyumnya dan genggamannya. Ia sudah hendak bercerita panjang lebar pada Rain. Menceritakan pengalaman yang dialaminya sehari-hari seperti yang sudah-sudah.
Rei akan menunjukkan pada Rain, bahwa ia akan terus menunggu sampai gadis itu sadar.
"Dosen aku hari ini gamasuk, padahal aku udah sampe kampus. Trus Andra juga batalin janji, katanya ada ujian. Maket aku rusak gara-gara kesenggol kucing liar yang masuk ke rumah. Bunga peony nya hampir lupa aku ambil. Trus...kamu, juga belum sadar."
Senyum Rei mengembang ketika jemari Rain bergerak lagi menyentuh pipinya. Mungkin kalau Rain sadar, gadis itu akan memarahinya karena tidak bersyukur.
"Tapi tenang aja, aku tetap bersyukur sama hari ini. Karena aku masih bisa ketemu kamu," katanya.
"Dan kamu masih bertahan buat aku," bisik Rei kemudian.
Rei diam setelahnya. Sibuk mengamati wajah Rain yang damai, yang masih tetap secantik 2 tahun lalu. Walau sekarang gadis itu terlihat mengurus dan pucat.
Ingatan Rei terlempar pada 2 tahun lalu. Pada saat taruhannya dengan Rain waktu JSBC.
"Kamu masih inget gak sih? Taruhan kita dua tahun lalu." Rei menggeser kursinya mendekat pada blankar Rain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain(y) Rei (COMPLETED)
Teen FictionRainylia Lilian Putri tidak pernah menyangka kalau hidupnya akan berubah setelah menabrak malaikat tak bersayapnya ditengah hujan. Dirgatta Reihansel Wijaya. Seorang kakak kelas yang dinginnya melebihi es kutub selatan, datar seperti triplek, dan...