Senyum itu banyak manfaatnya. Selain sebagai ibadah, setiap kali kita senyum, satu masalah di hidup kita akan hilang.
Rainylia Lilian Putri
☔
"Bi! Rain berangkat ya!"
Rain masuk kedalam mobilnya dan melesat pergi ke sekolah. Jarak antara sekolah dan rumahnya lumayan dekat. Jadi ia tidak perlu repot-repot menunggu jalanan yang super duper macet untuk pergi ke sekolah.
Awalnya, Rain sudah bertekad untuk berjalan kaki saja. Tapi Mama terus memaksanya agar diantar supir.
Pada akhirnya, Rain tidak menolak tapi dengan 1 syarat. Kalau pulang sekolah ia akan berjalan. Mumpung dirinya bisa menikmati hujan kalau hari itu sedang hujan.
"Pagi Rain!" "Pagi!" "Pagi Rainylia!"
Rain membalas dengan 'pagi!' sapaan setiap sapaan yang terdengar di langkahnya disertai senyum ceria yang tak pernah hilang dari wajahnya.
"Eh?" Tubuh mungil Rain terjengkang ke belakang. Ia baru saja menabrak sesuatu lagi. Rain segera mendongak dan menatap orang yang ia tabrak.
"Heee...Kakak lagi."
Yap, itu orang yang ia tabrak di tengah hujan kemarin.
"Maaf kak!"
Pemuda itu menatap dingin dan berjalan melewati Rain tanpa membalas perkataannya.
"Hoo...kakak itu kelas dua belas IPA." Rain mengangkat bahunya tak acuh dan masuk kedalam kelas. "Pagi semua!" sapanya.
Semua anak laki-laki membalas sapaan Rain. Kecuali anak perempuan.
Tidak ada gunanya bagi mereka untuk membalas sapaannya, ia hanyalah gadis populer yang harus disingkirkan keberadaannya.
Rain, gadis populer yang digilai kaum Adam di sekolahnya. Gadis manis yang dapat memikat hati semua orang yang melihatnya.
Bisikan kecil pun tidak berhenti saat ia duduk di bangkunya. Dan Rain sama sekali ambil pusing tentang hal itu.
Karena ini sudah seperti makanannya sehari-hari.
"Mampus dia hari ini. Liat aja, Lala gak bakal ngampunin dia."
☔
"Lo bisa gak sih gak ganjen!"
Rain meringis saat merasakan kulit kepalanya akan lepas karena kuatnya jambakan Lala.
"La, masa ya dia pagi dia ganjenin Kak Rei di depan kelas."
Lala, gadis populer yang selalu saja membully Rain. Entah itu dalam hal fisik maupun mental. Lala juga merupakan salah satu gadis populer di sekola— walaupun masih lebih populer Rain daripada Lala —.
Mendengar nama 'Rei' disebut, amarah Lala memuncak. "Hajar dia. Kali ini bikin dia lebih mampus."
Bibirnya membentuk sebuah seringaian. Kakinya melangkah mundur dan membiarkan anak buahnya menghajar Rain.
Dijambak, dipukul, ditampar, ditendang sudah menjadi hal biasa untuk Rain. Setiap hari selalu begitu, anggap saja itu makanan sehari-harinya.
Dan pukulan terakhir dari anak buah Lala membuat Rain jatuh terduduk di lantai kamar mandi.
"Sekali lagi lo ganjen, gue buat lo lebih mampus!" Lala menendang
Rain yang terduduk dihadapannya dengan ujung sepatu. Kemudian pergi bersama anak buahnya setelah sebelumnya berhasil membuat Rain mendesis sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain(y) Rei (COMPLETED)
Teen FictionRainylia Lilian Putri tidak pernah menyangka kalau hidupnya akan berubah setelah menabrak malaikat tak bersayapnya ditengah hujan. Dirgatta Reihansel Wijaya. Seorang kakak kelas yang dinginnya melebihi es kutub selatan, datar seperti triplek, dan...