Rain(y) Rei | -5-

159 15 1
                                    

Setiap kejahatan kan tidak perlu dibalas kejahatan. Kalau dibalas, bukannya kita sama saja seperti mereka.

Rainylia Lilian Putri

Seminggu tanpa diganggu Lala dan teman-temannya menjadi sebuah kemerdekaan tersendiri bagi Rain. Sejak kejadian di kamar mandi, Lala dan teman-temannya di skors seminggu.

Sekarang waktunya Rain menikmati hari Minggunya, karena besok Lala dan teman-temannya sudah kembali ke sekolah. Yang berarti dirinya akan kembali berada dalam neraka.

Kita berdoa saja semoga mereka jera.

"Rain, Mama mau ngomong."

Rain menatap Mamanya malas. "Ma, Rain lagi gak mau ribut."

"Dengerin dulu Rain, sini duduk," bujuk Mama menepuk-nepuk sofa disampingnya.

Rain duduk di samping Mama. Terus terang, ia sangat malas. Bukannya kurang ajar pada sang Mama, tapi Rain benar-benar tidak ingin ribut sekarang.

"Rain mau gak punya Ayah baru?"

Pertanyaan itu membuat Rain membelak. Bagai petir yang menyambar ditengah malam tanpa hujan. Ia tentu saja kaget.

"Gak!" jawabnya tegas.

Mama mengubah posisi duduk dan memegang tangan Rain. "Tapi Rain..."

Ia menepis tangan Mama kasar. "Rain tetep gak mau!"

"Rain!" bentak Mama. "Ayah udah pergi! Dia pergi juga gak mikirin kita kan!"

Oh Tuhan. Sekarang Mama jadi tidak masuk akal.

"Ma! Ayah pergi karena penyakit! Kita gak nyalahin kematian! Kematian itu dateng tanpa pandang usia Ma!" suara Rain meninggi.

Ayolah, mau sampai kapan ia selalu ribut dengan sang Mama.

"Jangan egois!" Mama berdiri. Mukanya merah padam menatap Rain.

"Rain gak egois! Gaada yang bakal gantiin Ayah dan gaakan pernah!" Rain ikut berdiri.

"Rain!" Mama menampar Rain. Kerasnya bunyi tamparan dari Mama membuat Bi Uni dan Bi Mun keluar dari dapur.

"Kalo Mama maksa nyari pengganti Ayah dan nikah lagi, Rain bakal ngancurin semuanya." Rain memegang pipinya sekilas. Sudut bibirnya robek.

Bukan hanya pipinya saja yang panas, tapi matanya juga terasa panas. Seumur-umur, Mama sama sekali belum pernah memukulnya.

Tangan Mama gemetar, ia menatap Rain nanar. Apa yang sudah ia perbuat? Ia sudah menampar anaknya sendiri.

"Mama coba aja. Jangan salahin Rain kalo semuanya hancur, karena Rain gak bakal segan-segan."

Rain pergi menuju kamarnya. "Makasih untuk tamparan nya." "Rain..." Mama mengejar.

'Blamm!'

Rain membanting pintu tepat di depan wajah sang Mama.

Rain(y) Rei (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang