Rain(y) Rei | -15-

107 10 0
                                    

Kamu itu kayak es krim. Bisa jadi penenang dikala perasaan ini lagi campur aduk. Sekaligus jadi hal yang paling aku suka di dunia ini.

Dirgatta Reihansel Wijaya

"Ayo kak!!! Ayo sedikit lagi!"

Rain tidak bisa berhenti meloncat-loncat. Ia terlalu senang memberi Rei dan tim basket sekolahnya semangat.

Saking semangatnya Rain, Rei sesekali menoleh demi melihat gadis itu. Tersenyum tipis dan kembali konsentrasi pada pertandingannya.

Hanya menoleh untuk melihat Rain beberapa detik tidak akan membuatnya kalah. Malah dukungan Rain adalah penyemangat no 1 nya.

"Ayo kak!!!" Rain kembali berteriak kencang. Mengundang beberapa pasang mata melihatnya sinis.

Tapi Rain tidak peduli. Ia tetap saja berteriak menyemangati walau suaranya hampir habis.

Rei berhenti bergerak saat wasit sudah meniup peluit. Tanda bahwa quarter 3 sudah selesai dan sebentar lagi quarter 4 akan dimulai.

"Jangan teriak-teriak mulu. Ntar tenggorokan mu sakit." Rei menyentil kening Rain yang baru saja menghampirinya setelah coach memberi arahan.

Gadis itu bukannya membalas malah tersenyum senang. Hari ini adalah final, mana mungkin ia tidak memberi semangat? Apalagi ini adalah tahun terakhir Rei.

"Biarin, aku mau nyemangatin," balas Rain kemudian. "Itu tinggal dikit lagi loh kak. Selisih skor kalian cuma satu. Kita tiga puluh, mereka tiga satu. Kok bisa kebobolan sih?"

Rei dengan gemas mengacak-acak rambut gadis di depannya. "Tadi aku kurang fokus. Makanya kerebut bolanya."

Ia tersenyum tipis dan kembali menenggak airnya sekali lagi.

Dan itu cukup menjadi alasan bagi Rian untuk tidak menahan sebelah alisnya naik keatas. "Gara-gara?"

"Senyum kamu," jawab Rei sekenanya.

Rain baru saja ingin memarahi Rei karena terus melihat kearahnya selama pertandingan. Tapi kata-katanya menguap saat Andra tiba-tiba menyeletuk.

"Rain, kita gak dikasih semangat nih?" katanya dengan peluh bercucuran.

"Hehe, semangat semuanya!" kata Rain.

Serentak anak-anak basket menjawab seperti polisi diberi perintah. "Iya!"

Dan itu cukup menarik perhatian banyak orang yang ada disana.

Peluit kembali ditiup oleh wasit. Tanda bahwa kedua tim sudah harus ada di lapangan lagi karena quarter 4 sudah akan di mulai.

"Kak, yang fokus mainnya. Jangan noleh kesini mulu. Ntar kebobolan lagi. Kalo kakak threepo sekali aja, kita menang ini," ujar Rain panjang kali lebar.

Dan lagi, Rei kembali menyentil kening Rain. "Iya, Rain."

Yang di sentil keningnya hanya cengengesan. "Semangat!" katanya tanpa suara dengan kedua tangan terangkat saat Rei yang sudah melangkah pergi kembali menoleh sesaat.

Rain(y) Rei (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang