Rain(y) Rei | -2-

254 21 2
                                    

Cobalah memaafkan orang yang udah jahat sama kita walaupun mereka gak minta maaf. Terkadang, kita sendiri yang bikin diri kita menderita. Contohnya, menyimpan dendam.

Rainylia Lilian Putri

"Pagi Rain! Brianka Alana Cantika sudah pulang dari Paris!!!"

Rain segera menyumpal mulut sahabatnya itu dengan roti coklat yang ia bawa. "Berisik Lan! Emang sekolah ngebolehin lo dateng pas istirahat?"

Lana mengunyah sumpalan roti Rain dan menjawab. "Boleh lah. Lana kan hebat!"


Membuat Rain mengerlingkan matanya jengah. "Bodo amat."

Pegal terus-terusan berdiri, Lana duduk di samping Rain. Menatap sahabatnya yang sedang asik memakan roti.

Omong-omong, Lana adalah sahabat Rain satu-satunya. Bersahabat dengan Rain membuat Lana terkena imbasnya juga. Bedanya, Rain dibully dengan pukulan dan omongan sedangkan Lana hanya dengan omongan.

"Ini Lana baik loh. Nih oleh-oleh buat Rain." Lana menyodorkan sebuah tas untuk Rain. Sepertinya berat, mungkin ada isinya.

"Makasih Lan." Rain mengambil tas yang diberikan Lana. Rasanya berat. Pasti ada isinya.

"Pagi Lana, pagi Rain," sapa salah satu siswa.

"Pagi," balas mereka.

Selain Rain, Lana juga populer. Rambut hitam pekat, mata biru yang cerah, hidung yang lumayan mancung, kulit putih, bibir merah alami.

Sama seperti Rain, semuanya sempurna.

Rain menyikut Lana seraya menunjuk seorang kakak kelas dengan keringat bercucuran di lapangan. "Eh Lan, lo kenal kakak itu?"

"Yang itu?" tanya Lana sambil menunjuk seorang kakak kelas. Rain mengangguk pertanda mengiyakan.

"Dirgatta Reihansel Wijaya, panggilannya Rei. Anak pemilik sekolah, kapten basket juga cassanova sekolah. Dia most wanted nomor satu, gak heran lagi kalo direbutin banyak cewek."

Rain mendelik. "Termasuk lo Lan?" Lana dengan cepat menoyor kepala Rain. Ada-ada saja sahabatnya satu ini.

"Ya enggak lah! Dia bukan tipe gue banget. Asal lo tau ya, dia tuh dingin plus cuek minta ampun! Minim ekspresi! Kalo ngomong, beh, irit banget! Lo ngobrol ama dia berasa ngobrol ama patung!" cecar Lana.

Rain mengangguk mendengar penjelasan Lana yang panjang kali lebar. Lebih baik ia cepat menghabiskan rotinya karena sebentar lagi waktu istirahat akan habis.

"Kenapa emangnya Rain? Lo suka kak Rei ya?"

Rain membulatkan matanya. Bahkan dia hampir saja tersedak. Gila ya? Mana mungkin? "Lo gila?"

Lana mendecak. "Lagian lo nanya-nanya. Siapa tau lo suka. Pepet aja, masih single kok. Blom pernah punya pacar apalagi gebetan."

Wah Rain rasa sepertinya Lana mulai gila. Eh salah, sahabatnya ini memang gila. "Ngaco lo!" Ia menoyor kepala Lana dan kabur ke dalam kelas.

Rain(y) Rei (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang