Rain(y) Rei | -28-

93 9 0
                                    

Now playing : Let her go - Passenger

Happy Reading gaess (〜^∇^)〜

Munafik namanya kalau aku berkata aku tidak merindukanmu.

Dirgatta Reihansel Wijaya

Rei menghela nafasnya berkali-kali. Duduk di depan kelas sendirian tidak membuatnya lega juga.

Ia kelihatan gelisah sekali saat ini. Karena Rei sudah memutuskan kalau hari ini ia akan menyuruh Rain pergi menjauh darinya.

"Kak Rei!"

Oh lord...

Mata Rei mengerling jengah. Benar-benar jengah sekali. Wajahnya yang sudah masam tambah masam ketika suara cempreng menyebalkan itu menusuk telinganya.

"Pagi kakak! Temenin aku jalan-jalan yuk!"

...not again.

Rei beranjak berdiri dan segera melangkahkan kakinya pergi. Telinganya bisa panas kalau terus-terusan mendengar suara menjengkelkan ini. Apalagi ketenangan batinnya.

Rei berbelok menuju tangga. Ia akan coba pergi ke perpus saja. Siapa tau ia bisa sedikit tenang kalau berada di sana. Berada di tengah-tengah tumpukan buku dengan suasana yang sunyi.

"Kak Rei kok gitu sih!"

Gelayutan manja di lengannya hampir membuat Rei terjungkal ke depan. Gadis ini sungguh bar-bar.

"Lan, lepas."

"Gak mau! Kok kakak jahat sih sama aku! Kakak kan udah gak sama Rain lagi, berarti aku boleh deket kakak dong!"

Rei menghembuskan nafasnya kesal. Kalau saja Lana ini bukan seorang perempuan, ia sudah pasti akan melempar Lana dari lantai dua sekarang. Tidak peduli apa kata orang nanti atau marahan guru sekalipun.

"Ya kak," mohon Lana.

Rei mengerling jengah. Terserahlah gadis ini mau apa. Ia tidak peduli, asal nanti tidak mengganggu ketenangannya saja di perpus nanti.

Rei kembali menatap lurus ke depan. Sambil membiarkan Lana bergelayut di lengannya, perlahan tapi pasti langkah Rei mulai melambat.

Di satu sisi ia terkejut karena bisa bertemu dengan Rain. Di sisi lain ia tetap menjaga image dengan berjalan seolah tak terjadi apa-apa sampai mereka berpapasan.

Bisa Rei lihat kalau Rain jadi sedikit linglung. Seperti orang kebingungan mencari sesuatu. Gadis itu terlihat gugup tapi tetap memberanikan diri menatapnya dalam.

Rei dapat melihat luka yang begitu dalam ketika mata hazel itu menatapnya.

Jangan tatap aku kayak gitu, Rain.

Rei benar-benar tidak tega melihat tatapan Rain seperti itu. Dulu waktu bersamanya, Rain selalu memancarkan aura ceria. Dari sikapnya atau dari tatapannya. Dan sekarang, sorot mata itu penuh luka namun di satu sisi tetap tegar.

"Heh, murahan. Gak usah natep-natep cowok gue."

Di saat Lana menyahut galak, ingin sekali Rei menggunting mulutnya dengan gunting rumput seperti yang Andra katakan tempo hari.

Lana menyebalkan sekali. Sudah dibiarkan mengikutinya dengan harapan tidak berisik eh taunya malah berubah menjadi sangat berisik plus menyebalkan.

Rain(y) Rei (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang