Sejujurnya, aku takut akan banyak hal. Seperti, kenangan manis kita hari ini adalah yang terkahir.
Rainylia Lilian Putri
☔
Rain terbangun dengan nafas memburu. Pandangannya menyapu seluruh kamar.
Ia meneliti keadaan sejenak kemudian berlari keluar dengan perasaan takut. Tidak pernah Rain merasa takut kehilangan seperti ini.
Bahkan sebelum Ayah pergi selamanya, Rain tidak setakut ini.
Saking butuh-burunya, Rain hampir saja terjungkal di tangga. Untungnya dengan cepat ia meraih pegangan tangga dan menyeimbangkan lagi tubuhnya.
"Kak Rei!" teriaknya setelah turun. Rain kembali menyapu pandangannya ke seluruh arah.
Dan hasilnya, Rei tidak ada.
"Kak!" teriaknya lebih kencang.
Ketakutan Rain bertambah ketika ia benar-benar tidak menemukan Rei dimana pun. Nafasnya kembali memburu seperti orang yang sedang kejar-kejaran.
"Kak!" Rain terjengkang setelah berbalik dan menabrak sesuatu. Dengan cepat tubuhnya langsung di tahan sebelum mencium lantai.
"Hei, kenapa teriak-teriak gitu?" tanya Rei heran. Keningnya mengerut seiring matanya melihat raut wajah Rain ketakutan.
Tanpa aba-aba, Rain memeluk Rei. Sangat erat sampai Rei kaget dan hampir terjengkang.
"Kamu kenapa, Rain?" tanya Rei sambil mengusap belakang kepala Rain.
"Takut," cicit Rain pelan. "Tadi aku mimpi kalo kakak pergi ninggalin aku. Trus aku turun ke bawah, kakak gak ada."
Alis Rei terangkat naik. Aneh. Tidak biasanya Rain bermimpi buruk seperti ini. Apalagi mimpinya absurd.
Ia akan pergi meninggalkan Rain? Yang benar saja.
"Aku baru selesai mandi. Liat, rambut aku basah." Rei menangkup wajah Rain. Rasanya hangat. Sepertinya Rain akan demam.
Dari matanya, Rei bisa menangkap jelas kecemasan yang ada di wajah cantik itu.
"Lagipula, aku gak akan ninggalin kamu."
Rain mengangguk pelan. Perlahan-lahan ia melepas pelukannya. Ketika sudah sedikit jauh dari Rei, Rain tiba-tiba berjongkok lalu berdiri lagi dan mengetuk kepalanya sendiri.
"Aku tuh kenapa sih?" tanyanya heran.
"Lah? Kamu sendiri aja gatau, apalagi aku?"
Rain dan Rei terdiam. Mereka berdua saling menatap dan menahan senyum. Kemudian keduanya tertawa bersama. Ini absurd sekali.
"Jalan-jalan yuk," ajak Rei setelah mereka berhenti tertawa.
"Ke mana, kak?"
"Ada deh. Ikut aja dulu. Sana ganti baju."
Rain berdiri ke atas tanpa di suruh dua kali. Ia menurut saja, lagian ia juga penasaran ingin pergi ke mana.
Sedangkan Rei di bawah menggeleng pelan melihat Rain yang bersemangat. Sampai lari secepat kilat ke atas untuk bersiap-siap seakan kehabisan waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain(y) Rei (COMPLETED)
Teen FictionRainylia Lilian Putri tidak pernah menyangka kalau hidupnya akan berubah setelah menabrak malaikat tak bersayapnya ditengah hujan. Dirgatta Reihansel Wijaya. Seorang kakak kelas yang dinginnya melebihi es kutub selatan, datar seperti triplek, dan...