Janji suci pernikahan sudah terucap. Hanya perayaan sederhana yang di hadiri oleh keluarga dan kerabat terdekat mereka. Tak ada pesta, tak ada canda tawa dari kedua mempelai. Setelah acara usai, So Eun berencana meminta Kim Bum untuk kembali ke Seoul.
"Kenapa harus sekarang? Ini sudah sore. Tak bisakah baliknya besok pagi saja?" ucap eomma So Eun saat So Eun mengatakan niatnya untuk segera kembali ke Seoul.
Eommanya begitu mengkhawatirkan mereka. Bagaimana tidak khawatir, mereka tiba sudah malam, Paginya langsung di sibukkan dengan acara pernikahan, dan sekarang So Eun berniat untuk kembali ke Seoul.
"Maaf eomma, tapi besok aku harus kuliah." Masih mencoba untuk beralasan, So Eun tak ingin mengatakan yang sebenarnya kalau dia sudah merasa tak nyaman lagi di rumah ini.
"Tapi bagaimana dengan Kim Bum, dia pasti kelelahan menyetir sendiri ke Seoul." Sekali lagi eomma So Eun masih mencoba menahan kepergian anaknya.
Sekilas So Eun melihat ke arah Kim Bum yang tak berapa jauh dari mereka, sedang mengobrol dengan appa So Eun dan orang tuanya. Sesekali di iringi dengan kekehan dari orang tua mereka. Mereka nampak begitu bahagia. Namun tidak bagi Kim Bum. Dia hanya menanggapi seadanya. Raut lelah begitu ketara di wajahnya.
Saat So Eun masih menatap Kim Bum, sacara kebetulan Kim Bum juga melihat ke arahnya. Pandangan mereka beradu. Sejenak ada rasa lain di hati So Eun saat tatapan mereka bertemu. Bayangan saat Kim Bum mengecup keningnya di altar tadi siang melintas di kepala So Eun yang membuat So Eun gugup seketika, memutuskan untuk berpaling dan pergi.
"Hey So Eun. Kalian tidak jadi berangkat sekarang kan?" Tanya eommanya sedikit berteriak melihat So Eun pergi begitu saja.
"Memangnya siapa yang akan pergi?" Appa So Eun ikut menanggapi.
"So Eun. Dia ingin kembali ke Seoul sekarang." Jawab eomma So Eun.
Semua mata tertuju pada So Eun yang sekarang sedang duduk sendiri di sudut rumahnya. Tak terkecuali Kim Bum. Dia merasa heran dengan permintaan So Eun. Bukankah selama ini So Eun selalu betah bila berada di Busan.
"Kenapa terburu-buru. Bukankah kalian kelelahan setelah acara tadi?" Kali ini eomma Kim Bum ikut menimpali.
"Bagaimana denganmu Bum, apakah kau lelah?" lanjut eomma Kim Bum.
Sekarang semua mata tertuju ke arah Kim Bum, menantikan jawaban darinya. "Ya. Aku lelah."
•••
So Eun merasa sudah tak nyaman lagi di rumahnya. Karenanya, selesai membersihkan diri, So Eun berniat ingin keluar rumah. Sekedar untuk menenangkan pikiran setelah lelah dengan semuanya. Walau So Eun sudah mulai berusaha menerima takdirnya untuk menjadi istri Kim Bum, namun tetap saja bathinnya belum bisa menerimanya.
Sekarang So Eun benar-benar merasa sebatang kara. So Eun kehilangan kakaknya, merasa di peralat oleh orang tuanya, di campakkan kekasihnya, dan juga kehilangan kakak ipar yang dulu begitu peduli dan menyayanginya.
Sejak gagasan pernikahan ini terucap dari mulut orang tuanya, hanya tatapan dingin dan datar yang selalu di tunjukkan Kim Bum untuknya. Begitupun saat mereka berdiri di altar, hanya wajah datar dan tanpa ekspersi yang di tampilkan Kim Bum saat appa So Eun menyerahkan tangannya pada Kim Bum. Tak ada wajah bahagia layaknya pengantin.
Sedangkan So Eun? Sama. Bukan sedih, juga bukan bahagia. Hatinya sudah lelah untuk melawan sehingga memilih pasrah menjalaninya.
"Kau mau kemana?" Suara Kim Bum sukses menghentikan langkah So Eun yang baru saja akan meraih gagang pintu untuk membukanya.
"Jalan-jalan keluar sebentar." Jawab So Eun tanpa perlu susah-susah untuk menoleh menghadap lawan bicaranya.
"Aku ikut."
•••
Kim Bum berhenti di depan sebuah kafe yang sepertinya sedang berbenah untuk tutup. Sekarang mereka sudah berdiri di depan pintu masuk yang memang sudah menggantungkan tulisan tutup di sana.
"Maaf kami sudah tutup hari ini." Ucap seorang ahjussi yang sekarang berdiri di depan mereka.
"Aku tau ahjussi. Tapi bisakah aku meminta bantuanmu untuk kali ini saja? Aku sangat ingin memakan Bibimbap buatan istrimu yang sangat lezat itu." Pinta Kim Bum memelas.
Sesaat So Eun terpana melihat Kim Bum. Sudah lama So Eun tak melihat ekspresi itu di wajah Kim Bum.
"Tapi kau bisa datang kembali besok."
"Hmm maaf ahjussi. Kami datang dari Seoul dan besok kami harus kembali. Jadi bisakah aku minta bantuanmu kali ini saja?" Sekali lagi Kim Bum menampilkan tampang memelasnya.
Sejenak pemilik kafe itu nampak berpikir, kemudian menatap Kim Bum beberapa saat "Sepertinya wajahmu familiar. Mungkin kau pelanggan kami. Baiklah, khusus untukmu aku akan meminta istriku untuk memasak Bibimbap yang enak untuk kalian." Membuka pintu lebih lebar, mempersilahkan Kim Bum dan So Eun masuk ke dalam kedai mereka. Dan tak lupa kembali untuk menutup pintunya.
"Gomawo ahjussi." Senyum ramah Kim Bum menyambutnya. Kemudian memilih kursi paling belakang di sebelah kiri, menghadap ke gedung di sebelahnya.
So Eun memilih duduk di samping Kim Bum. Menatap ke arah gedung yang berdiri di samping kafe yang kini mereka duduki.
Seulas senyum terbit di bibir So Eun. Itu gedung sekolahnya. Sekolah So Eun saat junior high school. Dan di depan So Eun duduk sekarang adalah taman samping sekolahnya, tempat So Eun dulu sering menghabiskan waktu istirahatnya dengan membaca buku sambil menghabiskan bekal yang di bawanya dari rumah.
Namun sekarang banyak perubahan yang terjadi meski tidak semuanya. Pohon Oak yang dulunya masih kecil, sekarang sudah tumbuh semakin rimbun. Kursi yang dulunya sering So Eun duduki terbuat dari kayu, sekarang di ganti dengan kursi taman yang terbuat dari besi. Mengingat itu semua membuat So Eun teringat kembali dengan masa-masa indahnya dulu saat bersekolah disini. Juga mengingatkannya pada seorang namja yang telah membuatnya merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya.
"Pesanan kalian datang. Selamat menikmati." Ucap ramah ahjussi pimilik kafe menghentikan segala lamunan So Eun. Di depannya telah tersaji makanan dengan tampilan menggiurkan. Dan juga semangkok es serut, minuman kesukaan So Eun di kafe ini. Sedangkan Kim Bum hanya memilih air putih untuk minumannya.
Mungkin karena terlalu asyik melamun dan memperhatikan sekolahnya, So Eun tak sempat tadi memesan makanannya. Jadi ini semua tentu saja Kim Bum yang memesannya. Owh terima kasih untuk Kim Bum yang telah memesankan sesuai ke inginan So Eun.
Selesai makan dengan diam karena berkutat dengan pikiran masing-masing, mereka segera berdiri dan menuju meja kasir, membayar makanan yang tadi mereka makan dengan lahap.
"Hai anak muda, aku ingat dirimu. Kau yang dulu selalu datang ke sini sekitar tujuh atau delapan tahun yang lalu untuk mengamati seorang,"
"Ah ahjussi gomawo. Makanan di sini sungguh enak. Lain kali aku dan istriku akan berkunjung kembali." Kim Bum dengan cepat mengucapkan terima kasihnya kepada pemilik kafe.
"Istri? Hah aku tau sekarang..."
Secara tiba-tiba Kim Bum meraih tangan So Eun dan menggenggamnya, menarik So Eun untuk segera meninggalkan tempat itu secepatnya. Berlari kecil menuju mobil mereka yang di parkir di seberang jalan.
Tbc
20180627
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EXAM OF LOVE (Complete)
أدب الهواةKesedihan akan kepergian sang kakak membuat So Eun terpuruk. Akan tetapi kesedihan itu semakin bertambah dikala orang tuanya memintanya untuk menikah dengan Kim Bum, suami kakaknya. Padahal orang tuanya tau dia memiliki kekasih yang masih mempunyai...