Malam ini malam ke tiga So Eun tidur dengan Kim Bum. So Eun kembali mencari akal bagaimana caranya agar ia bisa menolak Kim Bum jikalau Kim Bum meminta haknya sebagai suami.
Sekarang masih pukul delapan malam. Biasanya Kim Bum akan masuk kamar sekitar jam sembilan. Itu berarti masih satu jam lagi. Apa yang harus dia lakukan?
Tidur cepat? Sepertinya itu bukan ide yang bagus karena bisa saja nanti Kim Bum membangunkannya. Atau pura-pura membuat tugas? Itu juga bukan ide yang cemerlang.
So Eun terus berfikir sampai akhirnya senyum mengembang di bibir So Eun saat sebuah ide melintas di kepalanya. Ya sepertinya itu bukan ide yang buruk.
So Eun melangkah keluar kamar, menuju kamar ahjumna Song yang berada di belakang dekat ruang makan. Setelah mengetuk beberapa kali dan mendapat izin untuk masuk, So Eun masuk ke dalam dan memilih duduk di pinggiran ranjang, tempat tidur ahjumna. Senyum mengembang di wajahnya.
"Ada perlu apa nyonya, hingga nyonya sampai mencari saya ke sini?" Tanya ahjumna merasa heran dengan majikannya. Jika perlu sesuatu cukup dengan memanggilnya saja, tak perlu repot datang ke kamarnya.
"Tak ada ahjumna, aku hanya merasa bosan sendirian di kamar." So Eun menjawab dengan wajah memelas, meminta simpati.
"Tuan belum masuk ke kamar?" Ahjumna bertanya lagi yang di jawab gelengan kepala oleh So Eun.
"Mungkin sebentar lagi tuan akan menyusul nyonya. Sebaiknya nyonya tunggu saja di kamar."
"Tapi sepertinya dia akan lama ahjumna, karena tadi aku sempat melihatnya di ruang kerja. Pekerjaannya cukup banyak dengan beberapa kertas yang menumpuk."
Bohong. So Eun tak pernah ke sana. Itu hanya akal-akalan So Eun agar ahjumna tak mengusirnya.
"Ah ahjumna, saya sebenarnya ingin menanyakan banyak hal pada ahjumna." So Eun mulai melancarkan aksinya.
"Apakah itu nyonya?"
"Hmm, sebenarnya ahjumna berasal dari mana?"
"Saya berasal dari Mokpo."
So Eun mengangguk-angguk mendengar jawaban ahjumna.
"Kalau keluarga, apakah ahjumna tidak memiliki keluarga?"
"Saya memiliki seorang anak laki-laki yang seumuran dengan tuan Kim Bum, sekarang dia sudah menikah dan menetap di Mokpo."
So Eun kembali mengangguk-angguk, seolah pembicaraan mereka begitu menarik bagi So Eun.
"Kalau suami ahjumna?" Tanya So Eun lagi.
"Suami saya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Dulunya suami saya juga bekerja dengan tuan Kim."
Selanjutnya mereka terlibat dalam obrolan panjang yang mana So Eun sebagai penanya dan ahjumna sebagai penjawab. Tak di beri kesempatan sedikitpun untuk ahjumna menyela perkataan So Eun.
Ahjumna melirik jam yang menggantung di kamarnya, sudah pukul sembilan lebih sepuluh menit. Biasanya Kim Bum sudah berada di kamar pada jam segini. Ahjumna sudah bekerja pada keluarga Kim Bum sejak Kim Bum kecil, karena itu ahjumna sudah hafal kebiasaan Kim Bum.
"Nyonya sudah malam, sebaiknya nyonya kembali ke kamar."
"Ah ahjumna, sebenarnya aku datang ke sini ingin menanyakan ca-ra mem-buat... ra-men. Ya, cara membuat ramen. bagaimana caranya ahjumna?"
Dengan terbata-bata So Eun mencoba berpikir cepat hingga yang terlintas di benaknya hanya itu.
Hanya senyuman sebagai balasan dari ahjumna pada So Eun. Ahjumna sepertinya mulai membaca gelagat So Eun untuk menghindari Kim Bum. Ia sudah mengetahui sejak awal dari pernikaha ini, jadi ahjumna sudah bisa menebaknya. Kalau sekedar membuat ramen, hampir semua orang bisa melakukannya bukan.
![](https://img.wattpad.com/cover/151460735-288-k703759.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EXAM OF LOVE (Complete)
FanficKesedihan akan kepergian sang kakak membuat So Eun terpuruk. Akan tetapi kesedihan itu semakin bertambah dikala orang tuanya memintanya untuk menikah dengan Kim Bum, suami kakaknya. Padahal orang tuanya tau dia memiliki kekasih yang masih mempunyai...