So Eun sedang duduk di meja makan untuk sarapan sendirian. Raut kesal tergambar jelas diwajahnya. Niatnya pulang kerumah untuk menanyakan tentang penemuannya di kamar Kim Bum pada sipemilik kamar. Tapi ia kecewa saat tak bisa menemui orang yang dicarinya.
Ingin ia menanyakan keberadaan Kim Bum pada ahjumna. Tapi rasa gengsinya mengalahkan keingin tahuannya, sehingga ia memilih untuk diam dan mencari tau sendiri.
Saat So Eun akan menyuapkan makanan kemulutnya, ahjumna Song datang menghampiri.
"Nyonya, tuan menyuruh saya menyampaikan pada nyonya kalau tuan pergi ke London. Mungkin tuan akan pulang larut hari ini."
Jadi oppa pulang kemaren? Jam berapa? Kenapa aku tidak tau?
"Jam berapa oppa pergi ahjumna?"
"Pagi-pagi sekali nyonya."
"Oh." So Eun mengangguk menanggapi.
Untuk apa Kim Bum oppa ke London? Jauh-jauh kesana hanya untuk menghabiskan waktu dalam hitungan menit? Hah, sepertinya bukan urusanku, bathin So Eun.
"Gomawo ahjumna."
•••
Saat ini Kim Bum sedang berada diatas jet pribadinya menuju London. Ditangannya terdapat secarik kertas yang berisikan alamat tujuan kedatangan Kim Bum kesini. Sejak tadi ia sibuk memandangi gelang pemberian So Eun yang melingkari pergelangan tangannya. Di usap, diputar-putar, sekedar penghilang suntuk. Bibirnya tersenyum. Gelang yang menurutnya cukup kekanakkan, namun mampu membuat kebahagiaan di hati Kim Bum setiap kali melihat dan menyentuhnya. Apalagi tulisan yang terdapat di bandulnya, membuat Kim Bum bisa tersenyum seharian. Tulisan yang seolah mengukuhkan keberadaannya sekaligus pengakuan atas dirinya pada So Eun.
Melihat gelang itu mengingatkannya pada So Eun, istrinya yang semalam membuat Kim Bum tak tidur sedetikpun karena terlalu sibuk memandanginya. Dan pagi-pagi sekali ia harus ikhlas menghentikan kesibukannya itu karena harus segera berangkat.
Sesampainya di bandara, Kim Bum langsung menuju alamat yang sedari kemaren telah di bacanya berulang-ulang. Kim Bum tau alamat ini, jadi tidak akan sulit menemukannya.
Sampai di tempat tujuan, Kim Bum langsung memencet sederetan angka pada pintu yang tadi telah disebutkan pemilik apartemen ini. Sekarang sipemilik sedang dalam perjalanan pulang menuju kesini, apartemennya.
Kim Bum memang tak memberi tahukan kedatangannya, makanya orang yang di tujunya tidak menyambut kedatangannya.
Memasuki apartemen, Kim Bum menyunggingkan senyumnya. Ini lebih mirip sebuah studio dibandingkan tempat tinggal. Di penuhi dengan berbagai macam alat musik, gambar-gambar yang semuanya tentang musik. Jangan lupakan lampu yang mengisi ruangannya dipenuhi dengan berbagai macam warna.
"Myung So sekali." Gumam Kim Bum.
Ya, sekarang Kim Bum di London untuk menemui Myung So. Mencari jawaban atas pertanyaan yang belum ia temukan. Karenanya, Kim Bum jauh-jauh datang kesini dan dengan waktu yang singkat untuk mempertanyakan itu semua pada sipemilik jawaban. Terutama sekali ia ingin mengucapkan terima kasihnya pada adik yang telah memberikan kebahagiaan padanya.
Kim Bum terus masuk ke dalam. Mengamati ruang demi ruang apartemen adiknya. Apartemen yang cukup rapi untuk seorang Kim Myung So. Kim Bum sangat tau kalau adiknya bukanlah tipe orang yang suka bersih. Biasanya ia selalu mengandalkan ahjumna di rumah mereka untuk mengerjakan semuanya. Hidup jauh di negeri orang sepertinya telah membuatnya tumbuh jadi lebih mandiri.
Ada beberapa foto yang bisa Kim Bum lihat, terpajang disana. Semuanya foto Myung So yang tentu saja dengan gitar ditangannya. Sepertinya foto saat ia mengisi sebuah acara. Rasa rindu menyelubungi hati Kim Bum. Sudah lama sekali mereka tidak bertemu. Biasanya mereka selalu menghabiskan waktu bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EXAM OF LOVE (Complete)
FanfictionKesedihan akan kepergian sang kakak membuat So Eun terpuruk. Akan tetapi kesedihan itu semakin bertambah dikala orang tuanya memintanya untuk menikah dengan Kim Bum, suami kakaknya. Padahal orang tuanya tau dia memiliki kekasih yang masih mempunyai...