Om Lay ㅡpilkada

3.7K 258 62
                                    

Pagi ini aku terpaksa bangun karena kelakuan Om Lay yang sangat menyebalkan. Ia mengancam akan menelanjangiku jika aku tidak bangun dan membuatkannya sarapan. Dengan malas aku mengangguk dan berjalan ke dapur membuat sarapan yang menurutku sudah telat untuk sarapan.

Sekarang pukul sembilan pagi. Bukankah itu sudah terlalu siang untuk sarapan? Mungkin domba itu sedang kelaparan.

"Om mau sarapan apa?" Tanyaku sambil melihat - lihat isi kulkas.

Masih banyak daging-dagingan, seafood serta sayuran.

"Saya mau omelette aja. Pake keju ya sekalian pakein cinta juga."

Aku berdecih mendengarnya. Kenapa om sangat menyeramkan saat mengatakan hal cheesy seperti itu?

"Cinta siapa? Mantan?" Tanyaku.

Om Lay tidak menjawab jadi aku melirik ke arahnya. Hm sepertinya aku akan mendapat masalah.

Lihatlah, sekarang ia sedang menatapku dengan tajam dan rahangnya yang mengeras.

Apa aku salah mengambil topik?

"Sori, Om. Ga maksud apa - apa. Kan aku cuman nanya, sensi amat." Cibirku.

Dan setelah cibiranku itu, sarapan pagi hari ini tidak berjalan dengan baik seperti biasanya.

***

Malamnya aku memasak beef teriyaki sekaligus untuk meminta maaf pada om.

Hari ini ia tidak pergi seperti hari - hari sebelumnya. Aku kadang bingung, sebenarnya Om Lay ini bekerja apa. Setiap kali aku bertanya, om pasti menjawab, "urusan lelaki."

Ya sudahlah. Terserah saja.

Aku melangkahkan kakiku menuju ruang kerjanya sambil membawa nampan berisi makan malam.

Aku langsung membuka pintunya pelan-pelan. Tidak perlu mengetuknya karna tanganku penuh.

"Om, aku bikinin beef teriyaki."

Om Lay berdeham. "Simpen aja situ." Katanya sambil menunjuk meja kecil.

Aku mengangguk dan menaruh nampannya di situ.

"Om, masih marah ya?"

Tidak ada jawaban.

"Om, besok pilkada. Ga baik marah-marah."

Om Lay berbalik dan memandangku kemudian mengambil piring makannya dan memakan dengan lahap.

Setelah habis, ia menyimpannya dan menatapku datar.

"Makananmu asin. Apa kamu ga bisa membumbui dengan pas?"

Heol. Hebat sekali dia berkata seperti itu setelah menghabiskan masakanku. Lagipula, tadi aku sudah mencobanya dan tidak kelebihan garam.

"Baiklah. Kalau begitu aku ga akan masak lagi. Om bisa beli makan di luar." Kataku kemudian membereskan bekas makannya.

Menyebalkan sekali.

"Omong-omong, sejak kapan Papamu mencalonkan diri di pilkada besok?"

Aku mengernyit menatapnya bingung. "Kata siapa?"

"Sebentar.." Om Lay meraih ponselnya dan menunjukkan gambar yang membuat aku menganga.

" Om Lay meraih ponselnya dan menunjukkan gambar yang membuat aku menganga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Lihat."

Aku meraih ponselnya dan memandang gambar itu. Heol. Bisa-bisanya Papa mencalonkan diri tanpa memberitahuku.

"Besok tentu kamu nyoblos Papamu, kan?" Tanya Om Lay.

Aku menggeleng. "Ngga. Aku ga tau."

"Kalau begitu, coblos hati saya. Bagaimana?"



























Kara

Papa beneran nyalon di pilkada besok?

ATM berwalking
Iya
Kamu harus pilih papa
Kalau ngga, uang jajan papa potong
Say goodbye aja

Kara

Ngancemnya ga lucu pa

ATM berwalking
Ya semuanya ditangan kamu
Kalau papa tau kamu g pilih papa
Abis kamu

Kara

Iya iya. Aku mau tidur.
Salam buat mama sama koko
Loveya.

ATM berwalking
Love you too

ATM berwalkingLove you too

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[1] Om LayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang