Aku langsung dipaksa pulang sama Om Lay. Padahal nasi gorengnya masih banyak dan aku laper banget. Selama di perjalanan, aku cuman mikirin Sehun dan nasib ponselku yang tertinggal di rumahnya.
"Kenapa telepon saya ga diangkat? Kamu ga tahu sayaㅡ"
"Tahu, Om. Ponsel aku ketinggalan di rumah Sehun."
Om Lay menghela napas kasar kemudian memukul setir hingga tangannya memerah. Aku yang melihatnya hanya meringis. Pasti sakit. Namun, biarlah dia punya mental baja, kok.
"Mau makan di mana?"
Aku menggeleng. "Ga usah. Aku udah makan tadi," balasku sedikit berdusta.
"Kamu baru makan tiga sendok."
Aku menatapnya dengan mata memicing. "Kok taㅡ"
Om Lay menatapku sebentar kemudian kembali menatap jalan. "Saya udah ada di situ sejak kamu berdoa makan."
"Dasar stalker! Ga sopan tahu!" sewotku sambil memukul bahunya. Fix, demi dewa aku kesal.
Om Lay berdecak kemudian menjawab, "Salah kamu bikin saya khawatir."
"Aku udah bilang bakal pulang malem, kok," balasku tak mau kalah. Lagian, sebelum pergi aku sudah bilang akan pulang malam. Kenapa ia masih menyalahkanku juga???
Om Lay menatap jam tangan di lengan kirinya kemudian menatapku. "Sekarang jam delapan. Bukan malem?" tanyanya sambil menatapku tajam.
"Jam delapan masih sore tahu."
Om Lay mencubit pipiku sambil menariknya membuatku memekik sakit. "Ngejawab terus," kata Om Lay setelah melepaskan cubitannya pada pipiku.
Aku mengusap pipiku dan ujung mataku yang sedikit basah. "Sakit tahu," cicitku tanpa menatapnya.
Om Lay segera menepikan mobilnya dengan panik setelah melihat pipiku basah.
"Jangan nangis, dong. Aduuh, kamu mau apa? Saya turutin," tawar Om Lay dengan panik.
Dalam hati aku tertawa melihatnya panik. Lumayan juga tawarannya. Kalau begitu, lain kali aku akan menangis lagi di hadapannya. Lumayan hehe..
"Mau pulang ke rumah Papa."
Om Lay melotot mendengar permintaanku dan langsung menggeleng. "No. Ga boleh pulang."
"Kok gitu? Jahat, ih!" balasku sambil merengek.
"Ga boleh. Masa kamu tega ninggalin saya sendirian?"
"Om bisa minta Tante Tiffany buat nginep."
Om Lay menggeleng lagi. "Saya maunya kamu doang."
"Cih. Jangan kau bohongiku. Jangan permainkanku, " jawabku.
"Mana ada saya bohong sama mainin kamu," tukas Om Lay sambil sedikit gugup. Terbukti dengan tingkahnya yang langsung menatap jalan. Padahal yang aku ucapkan adalah lirik dari salah satu lagu milik Fatin.
Tidak lama setelah itu, Om Lay segera melajukan lagi mobilnya dan berhenti di sebuah rumah makan Padang. Yah, kalau ini, sih aku mana bisa nolak.
"Ayo, makan dulu."
Aku mengangguk dengan girang dan segera masuk. Tanpa memedulikan Om Lay, aku segera memesan menu kesukaanku. Nasi dengan ayam sayur dan rendang hehe..
Tidak butuh waktu lama, makananku dan milik Om Lay pun datang. Aku segera menyantapnya tanpa berdoa karna tadi sudah dengan Sehun.
"Nanti di perut kamu mereka ga bakal berantem emang?" Pertanyaan yang konyol, tapi sering ku dengar. Aku tahu maksudnya adalah ayam dan rendang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Om Lay
Fanfiction[Om Series 1] apa yang bakal kalian lakuin kalau dihamilin sama temen Papa kalian? Started : 25 Juni 2018 Finished : 5 Januari 2019 ©Sehuntum, All Rights Reserved.