Om Lay ㅡshocked

2.8K 171 39
                                    

Semenjak Om Lay memberikan tawaran gilanya, aku lebih sering berdiam diri di kamar. Kecuali ketika Om Lay sedang pergi kerja. Intinya, sih, karena aku belum ingin melihat wajahnya.

Dulu, aku akui bahwa wajahnya memang bersinar seperti malaikat, tapi siapa yang tahu dalamnya, bukan? Seperti peribahasa, domba berbulu serigala.

Oh, ya. Mengenai orangtuaku, mereka sudah mengetahuinya. Tidak terkecuali dengan Koko Chen. Om Lay yang memberitahu melalui sambungan telepon. Padahal, aku sudah melarangnya. Setelah mengetahui hal itu, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang minggu depan. Itu artinya aku masih punya waktu dua hari untuk menyiapkan diri.

Setelah aku melihat mobil di garasi pergi, aku memutuskan untuk keluar kamar.

Sial!

"Kenapa dia masih di sini? Gagal bebas ini, mah," gumamku dengan kesal.

Dengan kesal, aku melangkah ke dapur untuk mengambil segelas air. Aku melewati Om Lay yang sedang membaca koran dengan ditemani secangkir kopi panas -aku melihat asapnya.

Merasa ada yang janggal, aku kembali meliriknya.

"Korannya terbalik, tuh," cetusku.

Dengan gelagapan, ia segera membenarkan kembali korannya dan berdeham canggung. "Bukan terbalik, emang bentukannya gini," balasnya tanpa menatapku.

Aku mengernyit dan menahan tawa. Lucu juga jika sedang seperti ini.

"Kalau emang bentuknya gitu, ngapain sampe diputer-puter lagi korannya?" tanyaku.

Om Lay mendengus. "Bukan urusanmu."

Aku menggidikkan bahuku tak peduli. "Ya sudah," jawabku.

Aku melirik jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Jam sarapan berarti sudah lewat. Tapi yang ku lihat di meja makan hanya taplak meja saja. Di tempat cuci piring pun kosong dan kering.

Itu artinya belum ada yang menyentuh dapur, kan?

"Saya laper."

"Bukan urusan saya," jawabku dengan santai. Dan setelahnya aku dengar ia mengumpat.

Melihat kulkas yang isinya hanya beberapa bungkus sosis dan telur, aku memutuskan untuk membuat mie instan saja. Sudah lama juga tidak makan mie instan.

Tidak butuh waktu lama, sarapanku siap. Aku memakannya dengan tenang.

Tidak. Aku tarik lagi ucapanku. Nyatanya ada seorang pria yang duduk di hadapanku sambil menatapku intens.

 Nyatanya ada seorang pria yang duduk di hadapanku sambil menatapku intens

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku meletakkan garpu dan mendengus kesal. "Ngapain liat-liat?"

"Bukan urusan kamu."

"Ngajak ribut?"

"Saya laper, bukan ngajak ribut."

"Emang ngeliatin aku bikin kenyang?"

Om Lay menggeleng. "Seengganya bisa lihat yang manis-manis dulu," jawabnya.

[1] Om LayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang