Om Lay ㅡmeet again

1.8K 172 22
                                    

double up, jadi komennya juga double dong xixixi






***





Malam ini aku hanya ditemani oleh dua malaikat kecilku. Biasanya Koko nginap di sini sama Papa dan ninggalin Mama sendirian di rumah. Jahat memang. Tapi kali ini tidak, mereka berdua sedang sibuk. Papa sedang sibuk merayu Mama yang marah karena menciduk Papa sedang tebar pesona pada karyawannya. Papa memang suka tidak ingat umur.







"Ibuu.." panggil Leon.






"Ya, Sayang?" Aku yang sedang membaca buku pun jadi berhenti dan memperhatikan Leon yang sudah duduk manis di pangkuanku.






"Mau mam bubur kayak Om Sehun tadi siang," pintanya.







Aku mengernyit. "Emang kamu suka? Tadi disuapin juga dibuang lagi."






Leon merenggut. "Leon suka, kok."








Inilah salah satu kelemahanku jika sudah disodori ekspresi memelas Leon. Ingin menolak kasihan juga belum makan. Ya, sudah mau gimana lagi, itung-itung makan malam.







"Bener, ya nanti dimakan?" tanyaku dan diangguki dengan senang oleh Leon. "Pake jaketnya dulu, gih."






Leon pun segera berlari ke kamar, sedangkan si bungsu malah menatapku bingung.






"Mau pergi, Bu?"







Aku mengangguk kemudian menggendongnya. "Koko mau beli bubur, kamu juga makan. Oke?"






"Oke!! Lena suka bubur yang kayak Om Sehun!"







Semua karna Sehun. Minta dihujat.











Setelah mereka memakai jaket bulu dan sepatu tebal, kami pun segera pergi mencari tukang bubur yang terdekat. Mereka sih bilangnya mau yang kayak Sehun, tapi itu tempatnya jauh. Ah, lagipula anak kecil taunya yang penting bubur bukan tempatnya.






"Ibu, masih jauh? Lena tired," eluhnya. Padahal baru beberapa langkah dari rumah. Wajar anak kecil.





Aku berhenti lalu berjongkok di hadapannya. "Sini gendong."





Lena segera mendekat dan memeluk leherku. Aku pun menggendongnya dengan tenaga ekstra. Tubuh Lena memang lebih berat dibanding Leon.






"Koko pegangan sama Ibu sini. Jangan iri, ya Ibu gendong Adek," ucapku mengingatkan.





Leon pun mengangguk dengan gemas dan kami kembali berjalan mencari tukang bubur.





Akhirnya, ada tukang bubur yang tidak jauh dari tempat kami berdiri. Aku segera berjalan cepat menuju tukang bubur itu dan memesan setengah porsi bubur. Aku tidak yakin Leon akan menghabisinya jika aku pesan satu porsi.





Leon segera aku suruh duduk di salah satu kursi kosong. Sedangkan Lena malah tertidur dalam gendonganku.





Tidak lama kemudian, satu mangkuk berisi bubur panas pun datang.





"Sini Ibu aduk buburnya."





Kami bertiga adalah tim bubur diaduk. Karna kalau tidak diaduk, rasanya aneh.





[1] Om LayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang