Aku terbangun ketika sinar matahari mulai menyinari kamar ini. Selagi mengumpulkan nyawa, aku menyingkirkan tangan Leon di pinggangku. Um, tunggu dulu. Berurat dan kasar.
Setauku tangan Leon halus.
"Saya tahu, tangan saya emang enak buat digenggam."
Aku tersentak dan melirik pinggangku. Dengan gugup, aku segera melepaskan tangannya kemudian bergegas baㅡ
"Mau kemana? Sini aja dulu," ucapnya yang malah mengeratkan pelukannya.
Aku menelan ludah dengan susah payah dan terus berontak agar pelukannya terlepas. Namun, sayang tenagaku yang baru bangun kalah dengan tenaga kuda.
"Diem. Nanti ada bangun."
Bukannya diam, aku malah semakin bergerak memberontak. Aku memang sedikit rindu dengannya, tapi ini salah.
Tangannya semakin menarikku dalam ke pelukannya. Dan sekarang aku dapat merasakan napas hangatnya di leherku beserta hidung perosotannya yang ia gesek di situ.
"Masih pagi, Kara. Jangan dibangunin."
Aku mendengus. "Om kan emang udah bangun," sewotku.
"Bukan itu, yang lain."
"Apa sih?" tanyaku dengan sewot. "Om, jangan macem-macem!"
Ia terkekeh. "Cuman satu macem, kok."
Aku menggeliat geli kala ia meniup telingaku. Melihatku yang menggeliat geli, ia malah tertawa dan kini berpindah tempat ke leherku.
"Aw! Om jangan gigit-gigit!"
Ia terkekeh dan kini membenamkan kepalanya di ceruk leherku. "Kamu punya saya pokoknya."
"Ibu sama Paman ngapain? Kok pelukan? Leon mau ikutan!"
"Lena juga!"
"Ayo! Sini kita berpelukan!"
***
Setelah sesi berpelukan selesai, aku segera berlari ke kamar mandi. Lebih baik aku mandi daripada terus digoda sama Om-Om.
Selesai mandi, aku segera menggendong Lena yang sedang asyik bermain sendiri. Berbeda dengan Leon yang kembali bermain dengan Om Lay.
"Ibu! Lena mau mau play, bukan mandi!"
Lena memberontak dalam gendonganku sambil menangis keras. Aku mengabaikannya dan segera melucuti pakaian Lena. Kemauan anak tidak boleh selalu dituruti, itu peraturanku.
Aku menyabuni tubuh Lena tanpa memedulikan tangisannya hingga sebuah suara berat terdengar dari luar.
"Anaknya nangis kok didiemin, sih?"
Merotasikan bola mata, aku mendengus. "Ga usah ikut campur."
"Dia anak saya juga, kenapa ga boleh ikut campur?"
Aku menggeleng dan kembali menyabuni tubuh Lena. Anak itu sekarang sudah diam dan malah asik bermain bebek karet yang baru diberikan Om Lay tadi.
"Anak Ibu udah wangii! Yuk, ah kita pergi bareng Kakek sama Nenek," ucapku kemudian mengecupi pipi gembulnya.
"Beneran mau go?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Om Lay
Fanfiction[Om Series 1] apa yang bakal kalian lakuin kalau dihamilin sama temen Papa kalian? Started : 25 Juni 2018 Finished : 5 Januari 2019 ©Sehuntum, All Rights Reserved.