masih flashback.
***
Aku meringis begitu melihat banyak perban yang melekat pada tubuh kurusnya. Benar kata Tante Tiffany, ia banyak berubah termasuk tubuhnya. Ia semakin kurus ditambah dengan rambut halus yang tumbuh di sekitar dagu dan bawah hidung.
Dokter juga bilang bahwa keadaan pasien sangat drop karna kelelahan ㅡterlihat dari kantong matanya. Ia seperti panda sekarang, bukan domba lagi.
Saat aku masuk ke dalam ruangan ini, orangtua dari pasien tersebut langsung menatapku iba. Salah satu dari mereka memeluk dan memintaku untuk sabar serta banyak berdoa.
"Nak Kara, sini duduk."
Aku menurut dan duduk di sebelah mantan calon mertua.
Ia mengusap dan menepuk bahuku. "Dia bakal baik-baik aja. Kamu ga perlu khawatir," ucapnya menenangkanku. "Maafin Lay, ya udah bikin kamu susah ngurusin si kembar sendirian."
Aku tersenyum tipis. "Ga apa-apa, Ma."
"Mama sama Papa mau keluar dulu. Kamu jagain Lay dulu sebentar bisa, kan?"
Aku mengangguk sambil tersenyum kikuk. Sebenarnya aku juga ingin pulang, kasian si kembar diurus sama Sehun dan Jongin. Takut pulang-pulang mereka jadi rempeyek gara-gara terlalu ngegemesin.
Aku menarik kursi dan duduk tepat di sebelah ranjang Om Lay. Memandanginya dengan sendu.
Aku menatap tangannya yang diinfus dan menggenggamnya seolah meminta untuk cepat sadar.
Hingga aku tertidur dan terbangun ketika ada yang mengusap kepalaku. Aku mengerjap dan segera berdiri untuk memanggil dokter.
"Jangan dipanggil dulu," ucapnya lirih. Aku pun berhenti dan berbalik ke tempat asal.
"Keㅡ"
Sial.
Ia memelukku dengan erat seperti yang takut kehilangan.
"Kamu kemana aja, Ra? Saya kangen."
Aku hanya diam tidak tahu mau membalas apa.
"Kamu ga tahu? Saya hampir gila karna kamu."
"Berarti bagus dong kalau aku pergi."
Om Lay menggeleng dalam pelukannya. "Ga! Saya hampir gila karna kamu pergi. Saya masih butuh kamu."
Aku menghela napas. "Om ga butuh perempuan jalang kayak aku."
"Saya.. saya minta maaf. Waktu itu saya lagi kalut. Maafin saya, ya?" ucap Om Lay dengan sheep eyes.
"Aku udah maafin Om dari awal," jawabku. "Aku mau panggil dokter dulu. Bisa dilepas tangannya?"
Dengan berat hati ia melepaskan pelukannya dan membiarkanku memanggil dokter. Sambil menunggu dokter datang, aku terus menghela napas untuk menenangkan jantungku yang sedang marathon.
"Kondisi suami Ibu udah lumayan membaik. Cuman harus tetep dirawat inap sampai kondisinya benar-benar baik. Tolong lebih diperhatikan, ya, Bu suaminya," ucap dokter kemudian pergi.
Aku hanya melongo mendengarnya.
"Jangan kaget gitu. Nanti juga saya bakal beneran jadi suami kamu," ucapnya dengan santai.
Ijinkan aku untuk menamparnya.
"Berisik."
Pintu ruang rawat pun terbuka menampakkan seorang suster yang membawa nampan. "Permisi. Waktunya makan siang," ucapnya dan menyimpan nampan berisi makan siang di atas nakas.
"Makasih, Sus."
Suster tersebut keluar dan aku melirik Om Lay yang sudah menatapku dengan sheep eyes.
Merotasikan bola mata, aku mendengus. "Punya tangan makan sendiri."
"Suapin. Janji, ini yang terakhir."
Sambil mendumal, aku pun mengambil mangkuk berisi bubur dan mengaduknya.
"Senyum, dong. Nanti buburnya makin ga ada rasa kalau yang nyuapinnya ga senyum."
Akhirnya sambil tersenyum paksa, aku pun mengarahkan sendok ke mulutnya. "Aaa~ pesawat Sukhoi mau lewat ngiuu~ ngiuu~"
Om Lay terkekeh kemudian membuka mulutnya. Aku terus menyuapi bubur hingga habis tak tersisa. Kini, aku mengupasi buah apel dan menyuapinya lagi.
Dasar manja!
"Saya minta maaf. Maaf karna ga tahu kalau kejadian malam itu membuahkan hasil. Kamu pasti capek ngurusin mereka sendirian, kan?"
Aku menghela napas kemudian tersenyum tipis. "Aku udah maafin. Lagipula, aku bahagia ngurusin mereka. Capek aku hilang kalau udah ketemu sama mereka."
"Kamu mau, kan tungguin saya lagi? Kali ini saya bakal bener-bener tanggungjawab semuanya. Saya bakal bawa orangtua saya ke rumah kamu dan minta ijin ke orangtua kamu kalau saya mau hidup bareng putri kecilnya. Tunggu saya, ya?"
to be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Om Lay
Fanfiction[Om Series 1] apa yang bakal kalian lakuin kalau dihamilin sama temen Papa kalian? Started : 25 Juni 2018 Finished : 5 Januari 2019 ©Sehuntum, All Rights Reserved.